Jumat, 19 Oktober 2012

Waspadai, Etnosentrisme dan Fanatisme Kedaerahan Ancaman bagi NKRI !

Di lingkungan perkampungan atau pedesaan saya kerapkali menyaksikan kehidupan masyarakat yang masih begitu kedaerahan. Saya amati dari interaksi sosial antar anggota masyarakatnya memang nampak kompak, seperti halnya adanya kegiatan gotong royong, pengajian rutin, arisan, dan lainnya. Namun yang amat sangat disayangkan adalah sikap fanatik terhadap kelompok (kedaerahan) yang terasa masih begitu kental dalam kehidupan masyarakat tersebut. Sebagai contoh, sikap atau keyakinan warga masyarakat yang menganggap bahwa kelompok/masyarakatnya lebih baik dari kelompok/masyarakat dari luar kampung/desa/daerah-nya. Bahkan terkadang ada beberapa kelompok masyarakat yang menganggap bahwa kelompoknya-lah yang terbaik. Bila ada kelompok masyarakat lain yang nampak mengungguli maka mereka akan berontak, karena tidak mau tersaingi. 

Ini membuktikan bahwa di dalam kehidupan masyarakat kita yang demokratis ini ternyata masih saja banyak warga masyarakat ataupun kelompok yang cenderung bersikap etnosentrisme secara berlebih-lebihan. Terlebih lagi dengan adanya otonomi daerah, yang salah satu dampaknya kian membuat masyarakat bersikap fanatik terhadap daerahnya masing-masing. Etnosentrisme sendiri menurut Matsumoto (1996) adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri. Ada lagi pendapat yang menjelaskan bahwa etnosentrisme merupakan suatu sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya. 

Sebagai contoh, (maaf) misalkan ada orang dari luar Jogja yang kebetulan bertamu di daerah Jogja, lalu ia makan sambil ngomong dan berdiri atau jalan mondar-mandir. Orang Jogja yang cenderung bersikap etnosentrisme berlebih-lebihan mungkin akan langsung menghujat tamu dari luar daerah tadi yang dirasa berseberangan terhadap budaya masyarakat Jogja. Namun bagi masyarakat yang memiliki sikap etnosentrisme yang fleksibel, tentu akan dengan mudah memahami perbedaan budaya pada individu/kelompok/daerah lain. 

Sikap etnosentrisme memang tidak salah, selama pas porsinya, tidak membabi-buta dan tidak berlebih-lebihan. Sikap etnosentrisme justru amat diperlukan untuk menjaga kebutuhan dan kestabilan budaya, mempertinggi semangat patriotisme dan kesetiaan kepada bangsa, serta memperteguh rasa cinta terhadap kebudayaan suatu bangsa. Namun tentu konteksnya kebangsaan, bukan fanatisme kedaerahaan apalagi kelompok. Nah dalam hal ini apabila etnosentrisme infleksibel dan fanatisme kedaerahan terus dibiarkan, tentu akan sangat mengganggu proses integrasi sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contohnya saja, terjadinya tawuran antar kampung gara-gara masalah pribadi, tawuran antar kampus, konflik antar kelompok agama, dan seterusnya. Tentu kita semua sepakat, tidak ingin konflik-konflik semacam itu terus terjadi hanya gara-gara etnosentrisme yang sempit dan fanatisme kedaerahan bukan? 

Saya akan mencoba memberi alternative pemikiran dari Daft (1999), tentang etnorelativisme. Yaitu kepercayaan bahwa semua kelompok, semua budaya dan subkultur pada hakekatnya sama. Dalam etnorelativisme, setiap etnik dinilai memiliki kedudukan yang sama penting dan sama berharganya. Pemikiran Daft tentang etnorelativisme ini mestinya mampu menyadarkan kita semua, bahwa jangan ada lagi fanatisme kedaerahan ataupun etnosentrisme yang sempit dan berlebih-lebihan. Walau sebenarnya pemikiran itu juga sudah terkandung secara umum dalam ideologi negara kita, Pancasila. 

Kini bukan lagi saatnya menonjolkan ke-aku-an, ke-suku-an, ataupun ke-kami-an (eksklusif). Bukan pula waktunya mengungul-unggulkan kesukuannya/kelompoknya/daerahnya sendiri. Katakan dengan lantang “KITA ini bangsa INDONESIA. KITA siap bersatu-padu, berbakti dan mengabdi untuk kemajuan dan kejayaan NKRI. Tanpa menonjolkan individu, kelompok ataupun kedaerahan. KITA semua sama setara, tidak ada yang lebih rendah ataupun remeh! KITA siap mengawal NKRI dengan segenap jiwa raga KITA, bangsa Indonesia !”

Pernah diposting di : http://www.kompasiana.com/cipto-wardoyo

Strategi Jitu Atasi Tawuran Antar Pelajar

Tawuran antar pelajar yang marak terjadi pada akhir-akhir ini adalah sebuah catatan hitam bagi dunia pendidikan Indonesia. Ini tentu tidak bisa lagi kita anggap “sepele” sebagai kenakalan remaja belaka. Terlebih bila kita mempertimbangkan aksi tawuran tersebut yang telah memakan korban tewas. Ironis sekali memang! Tidak heran bila banyak pihak yang menyayangkan dan prihatin atas aksi yang sangat tidak terpuji tersebut. Mengapa seakan ada preman-preman kecil di sekolah? Bukankah sekolah itu tempat untuk belajar dan memperbanyak persahabatan? Mengapa justru mereka gunakan untuk unjuk kekuatan dan menebarkan permusuhan? 

Bila kita cermati ternya penyebab dari aksi tawuran antar pelajar itu hanyalah masalah-masalah yang amat sangat sepele. Seperti halnya karena kesalahpahaman. Namun karena adanya provokasi-provokasi dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, biasanya kesalahpahaman itu akan berujung pada aksi tawuran. Nah demi mempertahankan harga diri masing-masing kelompok/geng pelajar, akhirnya aksi yang sangat tidak terpuji itu kerap kali dipertontonkan seakan tanpa dosa. Hingga bahkan tega membunuh kawan sebayanya sendiri yang dianggapnya musuh. Tidakkah mereka sadar kalau sama-sama masih pakai seragam sekolah, sama-sama masih ingusan saat flu, sama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lalu kenapa mesti berlagak sok-sokan segala? Apakah kalian merasa sudah begitu hebat?

Mengamati maraknya aksi tawuran antar pelajar pada akhir-akhir ini, tidak bisa sepenuhnya kita menyalahkan para siswa/pelajar yang terlibat. Secara hukum maupun norma yang berlaku di masyarakat jelas aksi mereka itu salah dan tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun. Namun secara pendidikan dan pengajaran, bisa jadi mereka itu adalah korban dari keadaan/lingkungan sosial yang tidak kondusif. Keadaan/lingkungan sosial yang tidak kondusif tersebut tentu akan berpengaruh besar terhadap perkembangan mental/psikologi para siswa. Kondisi inilah yang biasanya akan memicu munculnya sekolah-sekolah yang rawan bermasalah. Biasanya sekolah-sekolah tersebut berlokasi dekat dengan terminal, pasar, pesisir pantai, dan seterusnya. 

Nah maka dari itu bagi sekolah-sekolah yang siswanya rawan bermasalah atau rawan terjadi kerusuhan tersebut mestinya berani menerapkan strategi-strategi khusus dalam membina karakter para siswanya. Menurut penulis ada beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh pihak sekolah yang memiliki anak didik rawan bermasalah antara lain sebagai berikut: 

*Memperbanyak kegiatan ekstrakurikuler yang unik dan menarik 
*Melaksanakan kegiatan outbond pembinaan karakter secara intensif 
*Mengadobsi program boarding school 
*Pembinaan karakter melalui even seni-budaya 
*Pelatihan keterampilan ataupun entrepreneurship, dan seterusnya. 

Pada intinya adalah bagaimana pihak sekolah mampu mengemas semua itu secara menarik, menyenangkan, dan fleksibel namun tetap inspiratif dan mendidik. Dengan strategi-strategi tersebut di atas diharapkan tidak ada lagi siswa-siswa atau pelajar yang tongkrongan/bergerombol tidak jelas sepulang sekolah. Melalui strategi-strategi ini diharapkan dapat menyalurkan energi berlebih para pelajar “generasi labil” kepada kegiatan-kegiatan yang lebih terarah, produktif dan positif tentunya.

Pernah diposting di : http://www.kompasiana.com/cipto-wardoyo 

Ojo Kemaki (Jangan Belagu)! Bersahajalah!

Mungkin diantara Anda sekalian masih agak asing, bahkan tergelitik ketika mendengar dua kata nyleneh ini. “Ojo Kemaki!” Bahkan diantara Anda mungkin akan bertanya-tanya apa sih “ojo kemaki” itu? Sejenis makanan kah? Apa yang istimewa dari dua kata sederhana ini? Nah untuk menjawab rasa penasaran Anda sekalian terkait ada apa dengan kata “ojo kemaki” saya akan mencoba menjabarkannya secara sederhana.

Kata-kata “ojo kemaki” memang bukanlah kosa kata Bahasa Indonesia. Kata-kata ini merupakan semacam sesanti dalam Bahasa Jawa. Mungkin masyarakat Jawa hampir sering mendengar kata-kata tersebut. Karena memang kata-kata “ojo kemaki” kerap kali digunakan oleh para orang tua Jawa untuk menasehati atau mengingatkan putra-putri-nya. Terkadang juga digunakan untuk menasehati atau mengingatkan orang yang suka sok-sokan. 

Saya sendiri selalu berusaha mengamalkan sesanti “ojo kemaki” yang saya dapatkan dari pendidikan di dalam keluarga. Sepintas kata-kata ini memang sederhana, namun kalau dihayati kita akan menemukan makna yang begitu bijak di dalamnya. Sesanti “ojo kemaki” dapat dimaknai jangan belagu, jangan sombong, jangan angkuh. Kalau orang Jawa sering mengatakan “ojo mbagusi, ojo sok-sokan, ojo gemedhe, ojo gegedhen sirah”. Jadi “ojo kemaki” mengandung makna agar kita sebagai manusia sebaiknya janganlah angkuh/sombong, tidak perlu belagu. Ingat, bahwa sehebat-hebatnya kita pasti masih ada banyak orang di luar sana yang jauh lebih hebat. Dan sejaya-jayanya kita, pastilah tetap memiliki kelemahan atau kekurangan.

Saya kerap kali mengamati kehidupan masyarakat yang kurang harmonis ternyata salah satu faktor penyebabnya juga karena masih banyaknya orang-orang yang “kemaki” alias belagu/sok-sokan. Contoh sederhananya saja, maraknya tawuran antarpelajar diantaranya juga karena sejak kecil mereka sudah terbiasa belagu/sok-sokan. Sehingga masing-masing individu pelajar merasa yang paling hebat dan kuat, maunya selalu menang, sedikit-sedikit marah/tersinggung, harga diri dianggap sebagai segalanya. Nah hal ini nantinya akan terus terbawa ketika mereka telah dewasa dan menjadi bagian dari masyarakat yang lebih luas. 

Akibatnya masyarakatnya pun akan menjadi “sakit”. Kenapa masyarakatnya bisa dibilang “sakit”? Karena banyak generasi-generasi yang “kemaki” alias besar kepala. Ironisnya lagi, diantara generasi-generasi “kemaki” itu pula yang beberapa diantaranya akan diamanahi sebagai pemimpin, sebagai agen perubahan bangsa, dan sebagainya. Nah apa yang Anda bayangkan sekarang? Korupsi, kolusi dan nepotisme meraja lela. Kekerasan, tawuran, premanisme, terorisme, radikalisme, dan aksi anarkisme menjamur dimana-mana. Saling hasut, saling sikut, saling fitnah pun dianggap biasa. Apakah ini Indonesia yang kita harapkan bersama? 

Katakan TIDAK bila Anda memang masih menginginkan Indonesia yang lebih beradab, Indonesia yang berjaya, Indonesia yang aman, tentram dan damai. Untuk mewujudkan semua itu kita bersama mesti menjauhi yang namanya perilaku “kemaki” alias besar kepala, sombong, angkuh, belagu, sok-sokan dan sejenisnya. Mari kita mulai dari diri sendiri, lalu ajak orang-orang terdekat kita terutama keluarga, biarkan orang lain terinspirasi dan mencontoh perilaku kita tersebut dengan kesadaran mereka sendiri. Budaya hidup penuh kesahajaan, tanpa menonjolkan kehebatan diri secara berlebih-lebihan nampaknya mesti kita bangun bersama.

Pernah diposting di : http://www.kompasiana.com/cipto-wardoyo

Kau Pikir Ibu Pertiwi Akan Bilang WOW gitu?

gambar from google.com


Demi ibu pertiwi yang tengah bersedih hati 
Katakanlah wahai sahabat 
Katakanlah sepenggal cinta yang tulus 
Dari lubuk jiwa mu yang kosong 

Lihatlah sahabat! 
Lihatlah dengan nurani mu yang terdalam 
Kau biarkan ibu pertiwi terluka hati 
Menangis akan kelakuan jahanam mu 

Ingat-ingatlah anak manis 
Dengan mudahnya kekerasan kau lakukan 
Bahkan hanya karena hal yang amat sangat sepele 
Dengan teganya kau tebar permusuhan 
Demi ego dan arogansimu 

Kau pikir ibu pertiwi akan bilang WOW gitu? 
Tidak sahabat! 
Kenakalanmu itu telah melampaui batas 
Biarkan ibu pertiwi menjewer kuping manismu 
Agar kau tersadar 

Sahabat bukalah akal pikiran juga nurani mu 
Jangan kau pikir ibu pertiwi akan bangga dengan kekuatan otot mu 
Jangan kau pikir ibu pertiwi akan bangga dengan kelakuan sok-sokan yang kau pertontonkan 
Jangan kau pikir ibu pertiwi akan bangga dengan keberanian mu yang brutal itu 

Sudahilah segala permusuhan 
Karena sungguh tidak ada gunanya 
Jadilah anak manis bagi ibu pertiwi 
Berjanjilah…berbaktilah…mengabdilah kepadanya 
Dengan seutuh jiwa raga mu 

Ruang Kata 29-09-2012 

Jumat, 10 Agustus 2012

Wujudkan Cita-Cita Bangsa! (Renungan HUT RI Ke-67)

17 Agustus 2012 ini akan genap sudah 67 tahun Indonesia merdeka. Namun waktu yang demikian lama itu ternyata belum mampu mendewasakan bangsa ini. Terlalu banyak energy bangsa ini yang terbuang sia-sia hanya untuk saling menyalahkan, saling bermusuhan, saling fitnah, saling menjatuhkan dan sebagainya. 

Terkadang begitu mudahnya bangsa ini diadu domba oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggungjawab. Hingga terjadilah perang antar saudara sebangsa yang kerap tidak kita sadari. Sudah cukup banyak nyawa yang melayang sia-sia akibat pertikaian antar kelompok/etnis. Sungguh ironis dan memalukan sekali. 

Semestinya melalui peringatan HUT kemerdekaan ini mampu mengingatkan kita semua akan cita-cita para the founding fathers yang hingga kini belum tercapai sepenuhnya. Cita-cita the founding fathers tersebut dengan jelas tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Yang antara lain yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta turut menciptakan perdamaian dunia. 

Cita-cita the founding fathers tersebut kini menjadi cita-cita luhur bangsa Indonesia. Yang berarti merupakan tujuan nasional didirikannya negara kesatuan Republik Indonesia. Untuk mewujudkannya memang tidak mudah. Terlebih akhir-akhir ini banyak ancaman yang terus menghantui bangsa Indonesia. Mulai dari terorisme, korupsi, radikalisme, kriminalitas, dan sebagainya. 

Namun kita semua harus tetap optimis, jangan sampai gentar dengan ancaman-ancaman itu. Apapun yang terjadi harus kita hadapi bersama . Dengan modal sosial yang bangsa ini miliki mari satukan tekad, bersama wujudkan cita-cita bangsa yang juga merupakan amanah dari the founding fathers kita. 

Seperti pesan Bung Karno, bahwa kemerdekaan adalah jembatan emas. Kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan bangsa Indonesia. Namun merupakan jalan untuk mewujudkan cita-cita bangsa sebagai tujuan luhur kita bersama. Salam merdeka untuk kita semua. Sekali merdeka tetap merdeka!

"Mereka Istimewa" (Puisi untuk Sahabat ABK)


Mereka terasing diantara keramaian 
Mereka tertindas di alam kemerdekaan 
Mereka terpasung di lembah kebebasan 
Dan mereka tercabik dalam kefakiran 

“Dan siapakah mereka itu kawan?” 
Mereka saudara kita! 
Namun mereka memiliki keterbatasan 
Orang menyebutnya kecacatan 
Bahkan ada yang tega mengatakan itu kutukan 
Entahlah! 

Mereka sama seperti kita 
Butuh makan saat lapar 
Butuh minum saat dahaga 
Butuh oksigen untuk bernafas 
Karena sejatinya kita memang bersaudara! 

Yang terkadang terlupa oleh kita adalah 
Mereka butuh dihargai 
Mereka ingin diakui eksistensinya 
Sebagai manusia yang layak dan setara 

Coba renungkan kawan! 
Siapakah diantara kita yang mau terlahir cacat? 
Terhina dan terasingkan dari kehidupan manusia yang sok sempurna 
Padahal bukankah sejatinya kesempurnaan itu hanya milik Tuhan? 
Kita pun sok jadi hakim yang bisa memutuskan dan menghakimi mereka 
Dengan kata diskriminasi 

Padahal diskriminasi adalah sebuah kata-kata terkutuk 
Ia bagai racun ular paling berbisa di dunia 
Diskriminasi adalah penindasan di alam kemerdekaan 
 Yang lebih kejam dari kemiskinan 

Yang mereka butuhkan adalah kesetaraan 
Bukan ejekan ataupun cemoohan 
Mereka butuh pemberdayaan 
Bukan belas kasihan ataupun ibaan


Don't Judge a book by cover

Maha Cinta, Menebar Kasih, Raih Kebahagiaan !

Wahai sahabat dan saudara pembaca sekalian, benarkah diantara kita sering menganggap remeh suatu ciptaan Tuhan YME yang ada di muka bumi ini? Contohnya saja menghina orang cacat atau mungkin juga sering menganggap “enteng” orang lain dan merasa dirinyalah yang paling hebat. Atau mungkin malah kita sendiri sering merasa minder diri tak berarti dan tak berguna. 

Jika kenyataannya demikian, maka segeralah kita merenung dan bertaubat kepada-Nya :) Coba kita resapi bersama kata-kata berikut: “Seandainya Sang Pemberi Kehidupan mencabut waktu kehidupan kita dan bertanya kepada kita, apakah kita sudah berani berdiri tegak dihadapan-Nya dengan mengatakan prestasi terbaik dan manfaat yang telah kita lakukan dengan menggunakan segala anugerah dari-Nya?”. “Apakah kita sudah siap mempertanggungjawabkan semuanya?” :)

Sadar atau tidak sesungguhnya hidup kita ini penuh dengan anugerah dan karunia-Nya. Sahabat dan saudara sekalian, tanpa diminta Tuhan telah memberikan karunia kepada kita semua berbagai anugerah yang teramat istimewa dalam kehidupan ini. Pernahkah sejenak kita berfikir, betapa berharganya berbagai anugerah istimewa yang telah Tuhan karuniakan kepada kita semua. 

Segala anugerah dan karunia Tuhan kepada kita para hamba-Nya takkan ternilai harganya. Semua itu takkan bisa diukur dengan harta benda maupun nilai mata uang manapun. Sebab anugerah yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita semua sangat besar dan tak terbatas. Karena Dia-lah Zat Yang Maha Cinta. 

Mari sejenak kita refleksi diri dan merenungi atas kebesaran-Nya itu. Dia-lah Tuhan Yang Maha Cinta yang telah mengkaruniakan kepada kita semua berbagai anugerah yang tak ternilai harganya. Mulai dari fisik yang berfungsi dengan sempurna, otak yang kecerdasannya luar biasa, juga hati untuk merasa. Dia-lah Tuhan Zat Yang Maha Kasih, yang telah mengkaruniakan kepada kita semua mata untuk melihat, mulut untuk bicara, telinga untuk mendengar, kaki untuk berjalan dan menopang tubuh, serta anugerah istimewa lainnya. 

Bahkan untuk sekedar bernafas setiap detik hidup kita selalu menghirup oksigen yang Tuhan berikan secara cuma-cuma. Apa kita pernah ditagih oleh Tuhan untuk membayar semua itu? Tidak mungkin dan tidak akan pernah. Karena sesungguhnya Dia-lah zat Yang Maha Kaya dan zat Yang Yang Maha Pengasih. Sungguh amatlah tak terhingga segala anugerah dan karunia-Nya terhadap kita hamba-hamba-Nya. Nah dalam hal ini sudahkah kita bersyukur kepada-Nya? Atau minimal sudahkah kita menghargai berbagai karunia-Nya yang luar biasa itu? 

Tentu semua ini kembali lagi kepada pribadi masing-masing, hanya Anda sendiri yang mampu menemukan jawabannya. Karena sesungguhnya jawaban itu ada di dalam hati Anda masing-masing. Yang terpenting saat ini kita harus selalu ingat dan sadari bahwa hidup ini merupakan karunia Tuhan Sang Pemberi Kehidupan. Tuhan memberikan segala anugerah dan karunia-Nya yang amat istimewa kepada kita sekalian tentu tidak sembarangan. Pasti ada rahasia dan tujuan dibalik semua itu. Yang pasti kita harus mampu menggunakan segala anugerah dan karunia-Nya itu untuk tujuan yang mulia. 

Maka dari itu jangan pernah menyerah atas segala keadaan yang ada pada diri kita. Syukuri saja apa adanya, baik itu kekurangan maupun kelebihan yang ada pada diri kita. Ingatlah bahwa tidak ada yang sia-sia atas segala ciptaan-Nya. Selalu ada hikmah dan rahasia dibalik segala ciptaan-Nya itu. 

Dan jangan pula kita remehkan orang lain, apapun latar belakangnya dan siapapun itu. Bagaimanapun kondisinya harus tetap kita hargai, karena itu semua adalah ciptaan-Nya. Ketika diantara kita meremehkan atau menghina ataupun mencemooh orang lain yang dianggap lebih buruk dari kita, maka sesungguhnya secara tidak langsung kita sedang meremehkan, menghina dan mencemooh Sang Pencipta-nya. 

Ingat sahabat sekalian, bahwa setiap diri kita itu sama dihadapan Tuhan. Hanya saja derajat ketaqwaan kita-lah yang membedakannya. Iya nggak? :) 

Nah para pembaca sekalian, lebih baik jangan pernah remehkan segala anugerah dan karunia-Nya, baik itu yang ada pada diri kita maupun orang lain. Karena sesungguhnya hidup ini penuh dengan anugerah, nikmat dan karunia-Nya. Untuk itu, inilah saatnya kita bangkit bersama. Jangan ada lagi perasaan “rendah diri” ataupun perasaan minder yang berlebihan-lebihan, walaupun di samping itu juga jangan lantas menyombongkan diri. 

Jangan pernah pula kita remehkann orang lain. Bagaimanapun kondisinya harus tetap kita hargai. Mungkin itu bisa dibilang merupakan wujud sederhana atas rasa terimakasih atau syukur kita kepada Sang Pencipta. Namun sesungguhnya tidak cukup sampai di situ saja. Malu donk sama Tuhan, hehehe….. :) 

Kita sebaiknya harus mampu menggali berbagai keunikan dan kekuatan pribadi yang telah dikaruniakan oleh Tuhan. Kita maksimalkan segala potensi diri kita yang merupakan anugerah dari Tuhan untuk menorehkan prestasi terbaik dalam kehidupan. 

Kita juga harus bisa memberikan manfaat positif bagi kemajuan kehidupan dengan menggunakan karunia dari-Nya untuk tujuan-tujuan mulia. Jangan segan-segan membantu dalam kebaikan dan berbagi kepada sesama. 

Mari buktikan kepada Tuhan Yang Maha Cinta, kita mampu menggunakan penglihatan, pendengaran, mulut, tangan, kaki, otak dan semua indera yang Dia titipkan kepada kita untuk tujuan-tujuan yang mulia. Kita bisa hidup di dunia ini karena cinta dan kasih-Nya. Kita hanyalah manusia biasa yang tak sempurna, bukan makhluk suci seperti malaikat. Maka salinglah menghormati, jangan mengumbar aib orang lain dan jangan meremehkan apapun itu.

Salah, Nekad & Bangga? Malu Donk !

Suatu ketika di sebuah sekolah “X” saya menjumpai sekelompok pelajar SMA yang rame-rame membolos saat jam mata pelajaran sedang berlangsung. Mereka justru enak-enakan nongkrong di depan warung kantin dan sekitar tempat rental game. Ada pula yang asyik menghisap rokok dengan santainya, seolah tidak menggubris gurunya yang sedang menerangkan di dalam ruangan kelas. 

Beberapa hari kemudian mereka ketahuan guru BP dan langsung dipanggil untuk ditegur. Namun hebatnya tak ada raut wajah penyesalan sedikitpun yang terpancar dari ekspresi para siswa itu. Bahkan nampak seperti ada kebanggaan tersendiri bagi mereka karena berhasil membolos. Salah kok bangga! 

Pada momen yang berbeda, saat sedang berkendara sepeda motor saya juga menjumpai kasus yang serupa, salah tapi bangga. Yakni kebiasaan oknum pengendara yang suka “sok-sokkan” menerabas lampu merah. Atau kebiasaan oknum pengendara sepeda motor yang suka “bergaya” nyalip sembarangan secara zig-zag kendaraan yang ada di depan/sampingnya tanpa memberikan kode. Kerap pula saya menjumpai kebiasaan para oknum sopir bus antar kota yang suka ngegas sambil mengepulkan asap knalpotnya yang hitam pekat saat merasa ada pengendara lain yang mencoba menyalipnya. Lagi-lagi, salah tapi bangga! 

Di sisi lain, mungkin Anda pernah menyaksikan di media beberapa oknum pejabat yang diketarai melakukan tindakan korupsi. Namun justru mereka tiap hari dikawal dan bergonta-ganti pengacara. Ada pula yang jelas-jelas terbukti melakukan tindakan korupsi namun tetap berkilah dengan sejuta alasannya. Bahkan memutarbalikkan fakta semaunya. Begitulah di negeri ini, banyak kaum elit yang salah tapi tidak pernah merasa bersalah dan tidak mau disalahkan. Malah dengan bangganya tiap hari nongol di media cetak dan TV. Biar eksis, kilahnya. Ah lagi-lagi salah tapi bangga! 

Fenomena “salah tapi bangga” kini semakin marak di negeri ini. Pelakunya pun mulai dari pelajar, masyarakat umum, hingga bahkan oknum pejabat. Sepertinya “salah” itu sesuatu yang wajar, dianggap sudah biasa, sepele, dst. Bahkan dicari-cari beribu alasan untuk menjadikan yang semestinya “salah” menjadi nampak benar. 

Seolah-olah “kebenaran” itu dianggap culun, bodoh, munafik, tak berdaya, dst. Demi mengokohkan sebuah semboyan, “biar salah tapi mesti bangga!”. 

Saya jadi berpikir, kalau kebiasaan berbuat salah menjadi budaya bangsa ini mau dibawa kemana negara kita? Bukankah bangsa ini adalah bangsa yang menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan? 

Jangan biarkan bangsa ini dikuasai oleh budaya “preman” yang bangga akan kesalahannya! 

Mari budayakan bersikap malu dan ksatria manakala kita melakukan kesalahan. Jangan bangga kalau salah, banggalah kalau engkau dengan ksatria berani mengakui atas kesalahanmu!

Cinta itu Buta, Mengapa?

Hey guys, tahukah kalian kalau ternyata seseorang bisa jatuh cinta dalam kondisi dia tidak mengerti apa itu yang dimaksud dengan cinta. Bahkan terkadang dia tak sadar dengan apa yang ia rasakan saat itu. 

Itulah uniknya cinta. Terkadang sulit dinalar dengan logika. Hingga ada sebuah istilah yang menyebutkan bahwa “cinta itu bertindak dulu, baru berpikir”. Tak heran kalau biasanya orang yang sedang dimabuk cinta, kata-katanny justru tak sesuai dengan cinta itu sendiri. 

Misalkan saja “aku cinta padamu sampai mati”, “aku rela mati demi kamu”, dan seterusnya. Itulah cinta! Bertindak dulu berpikir kemudian. Tak heran banyak orang yang mengatakan kalau cinta itu buta. Yupz, love is blind. Buta di sini dalam artian orang seringkali jadi lupa diri hingga hilang arah oleh karena dimabuk cinta. Oh cinta lagi-lagi cinta :)

Guys, diantara kalian mungkin pernah ngeliat orang yang menjadi korban atas kebutaan cinta. Ada orang yang sampai sakit hingga bahkan gila gara-gara cintanya ditolak. Ada orang yang nekat bunuh diri gara-gara patah hati. Ada pula yang sampai tega melakukan tindakan tidak senonoh dengan orang yang dicintainya, lagi-lagi karena cinta buta. 

Bila cinta bisa memilih pasti ia lebih memilih menjadi penerang bagi setiap jiwa. Cinta tidak mau melahirkan kerugian dan bencana. 

Seperti ungkapan tokoh Hamka, tanahnyalah yang berlain-lainan menerima cinta. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus, tumbuhlah menjadi kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika cinta jatuh kepada tanah yang subur, di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji. (Hamka). 

Guys, ayo sucikan hatimu agar tidak buta karena cinta! Gunakan selalu mata hati cinta agar cintamu jadi kisah yang terindah :)

Siap?

Belajar Kunci Sukses dari "Sumpah Karate"

Siapa bilang olah raga bela diri karate itu identik dengan yang namanya kekerasan. Terkesan seram dan menakutkan. Bahkan ada beberapa kalangan yang menyebutnya sebagai salah satu olahraga ekstrim dan mematikan. Pasalnya tidak sedikit orang yang mengalami cedera pasca pertandingan karate. Ketika digunakan untuk bela diri pun karate terbukti ampuh melumpuhkan lawan dalam sekejap meski tanpa senjata apapun. Dibalik keekstrimannya itu ternyata olahraga karate juga memiliki nilai-nilai filosofi kearifan untuk meraih kesuksesan. 

Karate merupakan seni bela diri yang berasal dari Jepang. Karate terdiri dari dua kanji, “Kara” berarti kosong dan “Te” berarti tangan. Yang bila digabungkan menjadi “tangan kosong”. Ya, karate adalah seni beladiri dengan tangan kosong. Di Indonesia sendiri karate ada yang aliran tradisional dan ada pula yang aliran olah raga. 

Latihan dasar dalam karate terbagi menjadi tiga, yaitu kihon, kata, dan kumite. Kihon merupakan latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis. Kata merupakan latihan jurus atau bunga karate. Kumite merupakan latihan tanding atau sparring. (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Karate) 

 Di dalam seni bela diri karate ada yang namanya “Sumpah Karate”. Antara lain sebagai berikut (1) Sanggup memelihara kepribadian (2) Sanggup patuh pada kejujuran (3) Sanggup mempertinggi prestasi (4) Sanggup menjaga sopan santun (5) Sanggup menguasai diri. Kelima sumpah tersebut wajib dipegang teguh dan diamalkan oleh semua karateka atau anggota karate. 

Jika direnungkan dan benar-benar diamalkan dengan kesungguhan hati, ternyata “Sumpah Karate” mampu membawa seseorang meraih kesuksesan hidup. Faktanya, banyak sekali anggota karate dari aliran apapun itu yang menjadi orang sukses dan besar. Mulai dari menjadi anggota Polri, anggota TNI, pelatih, PNS, pengusaha hingga bahkan pejabat. 

Saya sendiri pernah belajar Karate INKAI dan kebetulan juga memiliki seorang teman yang cukup aktif menjadi pengurus di karate INKAI tingkat kampus. Terbukti saat kuliah dia menjadi salah satu lulusan terbaik tingkat fakultas dengan predikat camlaude. Sensai karate saya juga pernah berkisah tentang bagaimana beliau bisa diterima sebagai pegawai di sebuah bank ternama berkat sabuk hitamnya. Ada lagi beberapa teman yang berhasil keliling Indonesia hingga bahkan go internasional karena berhasil menjadi juara karate. 

Ini membuktikan bahwa walaupun nampak sebagai seni bela diri yang ekstrem dan menakutkan, namun karate memiliki nilai-nilai kearifan yang bisa mengantarkan seseorang menuju kesuksesan. Sumpah karate yang pertama mengajarkan tentang pentingnya menjaga integritas diri/kepribadian. Sumpah karate yang kedua mengajarkan tentang pentingnya kejujuran. Sumpah karate yang ketiga mengajarkan tentang semangat juang untuk terus berprestasi/berdaya. Sumpah karate yang keempat mengajarkan tentang pentingnya menjaga sopan santun/hidup bertata-krama. Sumpah karate yang kelima mengajarkan tentang pengendalian/penguasaan diri. 

Nah sekarang kita semua tahu kalau seni bela diri karate itu ternyata memiliki filosofi yang luar biasa bila diamalkan. Tidak sedikit orang-orang besar termasuk para pejabat di negeri ini yang juga merupakan anggota karate. Di dalam seni bela diri karate juga tidak memandang apakah orang itu besar kekar atau kurus chungkring. 

Semuanya berkesempatan sama-sama bisa meraih kemenangan, bisa menjadi sang juara, asalkan giat berlatih secara disiplin. Seni bela diri karate adalah simbol penempaan jiwa raga. Seseorang yang ingin sukses mesti melewati dahulu penempaan jiwa dan raga. Barulah orang tersebut akan mampu meraih sekaligus mempertahankan kesuksesannya itu dengan tetap rendah hati dan mawas diri.

Memaknai 67 Tahun HUT Kemerdekaan RI

Pada setiap menjelang tanggal 17 Agustus masyarakat tiba-tiba disibukkan dengan berbagai kegiatan dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Indonesia. HUT kemerdekaan RI rutin diperingati setiap tahun dengan cukup meriah. Hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai golongan turut berpartisipasi aktif dalam memeriahkan HUT kemerdekaan RI tersebut. 

Namun ironisnya selama ini masyarakat Indonesia justru terlalu larut dalam euphoria kemeriahan perayaan HUT kemerdekaan semata. Sehingga peringatan HUT kemerdekaan RI selama ini terkesan masih seremonial belaka. 

 Pada setiap peringatan HUT kemerdekaan RI sebenarnya ada hal yang jauh lebih penting dari sekedar luapan kemeriahan. Yaitu bagaimana bangsa Indonesia mampu merefleksikan akan makna dari kemerdekaan itu sendiri. Termasuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat rahmat-Nya lah bangsa ini bisa merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, walau harus ditebus dengan darah para syuhada atau pahlawan yang gugur dalam medan perang. 

Kini kita sudah merdeka, namun kemerdekaan bukan berarti akhir dari perjuangan bangsa ini. Seperti ungkapan Bung Karno the founding fathers, kemerdekaan adalah jembatan emas. Kemerdekaan Indonesia merupakan jalan untuk mencapai suatu tujuan yang luhur. 

Makna dari merdeka sejatinya merupakan persoalan pribadi/personal sebelum menjadi persoalan bangsa. Belumlah merdeka sebuah Negara yang individu masyarakatnya saja masih merasakan adanya penjajahan-penjajahan dan penindasan-penindasan model baru seperti sekarang ini. Maka dari itu sesungguhnya merdeka adalah pertarungan jati diri personal/individu sebelum menjadi perjuangan entitas sebuah bangsa. 

Makna merdeka bagi individu/personal masyarakat pun harus kita luruskan kembali, yang mana selama ini seringkali disalahartikan. Individu masyarakat sering memaknai kemerdekaan sebagai kebebasan yang sebebas-bebasnya, hingga yang terjadi justru kebablasan. 

 Kita harus menyadari bahwa kemerdekaan sejati akan tercapai ketika para individu manusianya sudah bisa mengekang diri dari perilaku yang bisa melanggar atau mencederai kemerdekaan dan hak azasi orang lain. Kemerdekaan sejati mensyaratkan adanya hukum, peraturan, serta norma-norma yang harus kita taati bersama untuk tetap menjaga kekokohan kemerdekaan itu sendiri. Manakala setiap individu telah berlomba-lomba melanggar hukum, peraturan, serta norma-norma yang telah disepakati bersama; maka sejak itulah kemerdekaan yang ada akan dengan mudah diruntuhkan kembali. 

Tahun 2012 ini, genap 67 tahun sudah usia kemerdekaan NKRI. Itu artinya sudah banyak gemblengan-gemblengan dan proses pendewasaan yang dialami bangsa ini. Masih begitu banyak dan komplek masalah, ancaman serta tantangan yang harus dihadapi bangsa ini kedepan. Mulai dari kemiskinan, korupsi, terorisme, maraknya kriminalitas, masalah moralitas dan sebagainya. 

Memang tidak mudah menyelesaikan berbagai persoalan bangsa yang semakin ruwet itu. Tentu kita tidak bisa banyak berharap kepada Pemerintah. Mestinya bangsa ini segera bangkit, singkirkan segala ego dan bergerak bersama untuk tuntaskan berbagai persoalan bangsa yang tak kunjung usai secara bijak. 

Mungkin saja negara ini belum membuat kita merasa nyaman tinggal di dalamnya. Jangan pusingkan dulu soal maraknya korupsi, masalah moral bangsa, masalah kemiskinan, masalah pengangguran, ataupun pendidikan yang tak kunjung usai. Bagaimanapun kondisinya ini tetaplah tanah air kita tercinta. 

Jangan sia-siakan waktu luang yang bangsa ini miliki hanya untuk saling adu jotos, saling curiga, atau hal-hal tidak penting lainnya. Sekarang coba kita pikirkan apa karya atau prestasi yang bisa kita persembahkan untuk bangsa dan negara ini. Saatnya kita mengisi kemerdekaan yang telah diraih para pahlawan bangsa dengan terus produktif berkarya dan tulus mengabdi untuk kemajuan bangsa dan negara ini.

DIRGAHAYU NKRI, JAYALAH TERUS INDONESIA!

Kamis, 09 Agustus 2012

Jadikan Ospek Lebih Humanis

Selama ini Ospek merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap kampus pada awal tahun ajaran baru. Kegiatan Ospek bertujuan untuk mengorientasi dan memperkenalkan para mahasiswa baru terkait lingkungan kampus dan segala peraturan yang ada. 

Namun nyatanya kegiatan Ospek kini justru menjadi momok yang menakutkan bagi para mahasiswa baru. Hal ini dikarenakan banyak kegiatan Ospek yang menjurus pada perpeloncoan hingga bahkan tindakan kekerasan. Bagaimanapun kegiatan 

Ospek selama ini dirasa memang diperlukan. Sebab kegiatan itu sebagai pengenalan dan pembekalan bagi para mahasiswa baru dalam menyelami kehidupan kampus nantinya. Hanya saja memang masih perlu ada pembenahan pada praktik kegiatan Ospek di kampus-kampus. 

Kegiatan Ospek mestinya haruslah lebih humanis dan edukatif. Hindari aksi-aksi kekerasan maupun perpeloncoan. Karena di samping menimbulkan rasa dendam hal itu juga akan menyisakan luka dan trauma secara psikologis. 

Kegiatan Ospek yang humanis adalah kegiatan Ospek yang lebih ditekankan pada pembentukan karakter mahasiswa baru. Tentunya akan diwarnai dengan kegiatan-kegiatan yang edukatif dan menyenangkan. 

Termasuk di dalamnya adalah bagaimana membangkitkan rasa nasionalisme dan membentengi para mahasiswa baru dari ideology-ideology radikal.

Belajarlah dari Universitas Kehidupan, Tidak Ada yang Mustahil !

Pernahkah Anda mendengar atau menyaksikan langsung seorang tukang becak yang sukses menjadi penulis terkenal. Atau seorang lulusan SD yang memiliki koleksi mobil dengan nilai milyaran rupiah. Bagi sebagian diantara Anda mungkin sulit untuk mempercayainya, bahkan akan mengatakan itu mustahil. 

Tapi entah Anda percaya atau tidak itulah kenyataannya. Kini pendidikan yang tinggi tidak menjamin seseorang bisa sukses dalam berkarir. Dan sebaliknya, dengan pendidikan yang rendah juga bukan berarti masa depan seseorang akan suram. Itulah kehidupan yang sesungguhnya. 

Bagi Anda yang mungkin memiliki keterbatasan dalam hal tertentu mulai dari sekarang harus lebih optimis. Sejarah mencatat banyak orang yang memiliki keterbatasan dalam hal tertentu namun justru dikenang sepanjang sejarah. Contohnya saja Thomas Alfa Edision yang pernah dikatakan anak aneh dan idiot. Nyatanya kini dunia mengakui kejeniusannya sebagai seorang tokoh ilmuwan yang hebat. 

Di Indonesia juga banyak orang-orang dengan keterbatasannya tetap mampu diakui dan bahkan dikagumi sebagai seorang artis. Mereka bukanlah sekedar orang-orang yang sukses. Mereka adalah orang-orang yang hebat. Untuk menjadi orang-orang yang sukses dan hebat seperti mereka tentu butuh proses dan tidak mudah. 

Sekedar pendidikan formal di sekolah biasa tidak akan mampu menjadikan seseorang sukses dan hebat. Bahkan tidak sedikit orang-orang sukses dan hebat yang hanya berpendidikan rendah. Mereka itu adalah orang-orang yang terus belajar dari Universitas Kehidupan ini. 

Tidak ada batasan untuk bisa belajar di Universitas Kehidupan. Semua orang bisa belajar di Universitas Kehidupan. Kampus yang diciptakan oleh Tuhan dengan ilmu yang tidak terbatas jumlah dan sumbernya. 

Di Universitas Kehidupan kita bisa belajar banyak hal tanpa batas. Materi pembelajaran kita sendiri yang menentukan. Bisa dengan model sharing atau berdiskusi bersama dalam sebuah komunitas maupun antar komunitas. Sumber pembelajarannya pun tidak terbatas hanya lewat buku, dosen/guru, maupun internet. 

Dalam Universitas Kehidupan kita bisa belajar melalui segala yang ada dalam kehidupan ini. Kita bisa belajar kepada matahari yang tanpa kenal lelah menyinari bumi. Kita bisa belajar kepada pepohonan yang selalu memberikan keteduhan dan kesejukan. Kita bisa belajar kepada tanah yang menumbuhkan berbagai tanaman hingga obat-obatan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ini. 

Berbeda dengan pendidikan yang ada di sekolah maupun universitas selama ini. Yang mana cenderung kaku, formalitas, adanya pengekangan, dan sebagainya. Universitas Kehidupan memang tidak akan pernah memberikan para peserta didiknya ijazah. Sebab Universitas Kehidupan tidak menjustifikasi peserta didiknya dengan aneka penilaian ataupun ranking seperti di sekolah dan universitas formal. 

Universitas Kehidupan yang tidak terbatas itu adalah kehidupan di alam semesta beserta seluruh isinya itu. Pembelajaran di Universitas Kehidupan tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Dimanapun dan kapanpun kita bisa berdiskusi dengan alam ini. 

Hakikat Universitas Kehidupan yaitu pengamatan dan perenungan atau refleksi atas segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Melalui proses perenungan dan refleksi atas gejala-gejala ataupun fenomena yang ada di alam semesta ini, kita dituntun menuju kesadaran, pencerahan serta pengalaman. 

Sehingga kita akan mampu melakukan tindakan hebat yang berdasarkan kesadaran, pencerahan dan pengalaman pada diri kita. Ketika seseorang berhasil belajar di Universitas Kehidupan maka akan datang keajaiban demi keajaiban yang tak terduga dalam hidupnya. Keajaiban dari Tuhan yang akan membawa orang tersebut menjadi sukses dan hebat.

Wujudkan Kota Ramah Anak

Pada setiap tanggal 23 Juli selalu diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Tentu menjadi hari yang mestinya terasa istimewa bagi seluruh anak Indonesia. Namun pada kenyataannya tidak demikian. Belum semua anak Indonesia bisa merasakan kemeriahan peringatan Hari Anak Nasional tersebut. 

Masih banyak anak Indonesia yang dieksploitasi dan menjadi korban kekerasan. Mulai dari eksploitasi tenaga, pikiran, hingga bahkan kekerasan secara seksual. Sungguh ironis dan sangat disayangkan sekali. Masyarakat dewasa yang semestinya melindungi dan menyayangi anak-anak, justru seringkali melakukan tindakan kekerasan terhadap mereka. 

 Meruntut berbagai kasus yang terjadi selama ini, kekerasan terhadap anak justru cenderung dilakukan oleh orang dekatnya. Seperti orang tua, ayah atau ibu tiri, kerabat, dan bahkan terkadang oleh gurunya di sekolah. Ini menunjukkan betapa masih rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat atas hak-hak yang dimiliki seorang anak. 

Pada umumnya masyarakat belum memahami hak-hak setiap anak yang tertuang dalam Konvensi Hak Anak. Misalnya saja hak menyampaikan aspirasi, hak mendapatkan pendidikan yang layak, dan sebagainya. Faktanya di berbagai daerah di tanah air menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan hak-hak anak. 

Ini mengindikasikan belum optimalnya implementasi Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan RI No. 02 Tahun 2009 tentang kebijakan Kota Ramah Anak. Melalui kebijakan tersebut diharapkan mampu mempercepat implementasi Konvensi Hak Anak dalam proses pembangunan di tingkat kabupaten atau kota. 

Pada kenyataannya implementasi kebijakan Kota Ramah Anak masih jauh dari yang diharapkan. Buktinya proses pembangunan di beberapa kota masih terfokus pada bidang ekonomi, politik dan infrastruktur. Dalam pengambilan keputusan belum mempertimbangkan apa yang terbaik bagi anak. Suara dan aspirasi anak sering disepelekan dan bahkan seperti “dibungkam”. 

Untuk itu Pemerintah melalui Undang-Undang yang ada harus mampu bersikap tegas dalam melindungi hak-hak pada setiap anak. Selain itu perlu adanya komitmen dan kesadaran seluruh komponen bangsa ini untuk terus melindungi dan menyayangi anak-anak Indonesia. Saatnya stop kekerasan dan eksploitasi terhadap anak! Mari bersama wujudkan Kota Ramah Anak!

Sabtu, 28 Juli 2012

Kisah Inspiratif Sarjana Buruh Tani

Sore itu hari semakin gelap. Hujan pun turun rintik-rintik membasahi tanah Jogja. Semua orang yang lalu-lalang di sekitar kampus segera berteduh untuk menghindari hujan. Aku yang saat itu sedang minum kopi di sebuah angkringan sederhana tiba-tiba terkejut dengan penampakan dua sosok manusia yang nekad terus berjalan di tengah-tengah guyuran hujan. Bapak-bapak tua bersama seorang anak muda hampir seumuran dengan aku. Wajah mereka begitu polos dan sepertinya sedang bingung mencari sesuatu. Nampak sesekali sang bapak memeluk anak muda itu dengan tatapan cemas.

“Pak-pak monggo mampir dulu sini berteduh, hujannya masih deras”, seruku kepada bapak tua itu saat lewat di depan angkringan di mana aku minum kopi untuk sekedar menghangatkan badan.

Bapak tua itu pun mendekat sambil membawa bawaan beberapa kardus dan tas besar yang di panggulnya. Nampak kelelahan yang sangat dari raut wajahnya. Si anak muda yang bersama dengannya itu sesekali menuntunnya. Lalu duduklah mereka pada salah satu kursi kayu panjang yang ada di angkringan.

“Bang-bang tolong dibikinin kopi panasnya dua lagi ya”, pintaku kepada abang penjaga angkringan.

“Okey siappp mas bro”, sahut abang angkringan yang tidak lama disusul dengan dua gelas kopi hangat yang sudah siap untuk dinikmati.

“Monggo diminum dulu kopinya pak…mas… mumpung masih anget biar nggak kedinginan. Terus silahkan ambil nasi kucing atau gorengan mana yang disuka. Santai saja saya gratis kok”, sapaku kepada mereka.

“Wah-wah terimakasih sekali mas, jadi ngerepotin ni”, balas bapak dan pemuda itu dengan kompak.

“Sama-sama…”

“Oh ya, bapak sama mas ini sebenarnya dari mana, mau kemana atau mencari siapa gerangan? Kok kelihatannya banyak bener barang bawaannya?”, tanyaku.

“Kami ini orang dari kampung pelosok mas. Pemuda ini anak saya yang kebetulan baru saja diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Jogja ini. Dan dari tadi kami muter-muter nyari kos-kosan yang murah. Tapi belum nemu juga. Maklum saya ini hanya seorang buruh tani biasa mas”, curhat bapak tua itu.

“Walau hanya buruh tani saya tidak pernah minder mas. Yang penting pekerjaan itu halal dan berkah untuk kehidupan keluarga saya. Kebetulan kami muslim dan selalu menggantungkan segalanya hanya kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Syukurlah Tuhan memberikan jalan, walau kami hanya keluarga buruh tani, namun anak saya ini berhasil mendapatkan beasiswa gratis sampai lulus sarjana di salah satu fakultas pertanian ternama di Jogja ini”, lanjut bapak tua itu mengisahkan perjalanan hidupnya.

“Wah saya salut sekali dengan perjuangan bapak. Bagaimana kalau nanti saya antar saja ke pengurus masjid di sekitar sini. Kebetulan di salah satu masjid sekitar kampus ini lagi butuh seorang marbot. Dan anak bapak bisa gratis tinggal di masjid itu sambil menjadi pengurus rumah Allah”, sahutku merekomendasi.

“Boleh-boleh… bapak berterimakasih sekali atas bantuannya mas, semoga Tuhan membalas segala kebaikanmu”, tutur bapak itu sambil menepuk pundakku.

“Amiin… sama-sama Pak. Justru saya sangat berterimakasih kepada bapak yang telah menyadarkan saya lewat kisah inspiratif kehidupan bapak. Semoga kelak anak bapak menjadi sarjana pertanian yang mampu mengubah hidup keluarga bapak dan para buruh tani di negeri ini”, balasku.

Hujan pun mereda. Aku bersyukur angkringan dan hujan sore itu telah mempertemukan aku dengan sebuah realitas kehidupan. Man jadda wa jadda!

Cinta Sejati, Tidak Memandang Tampang Doank!

Cinta itu bersedia menerima apa adanya sang pujaan hati. Baik itu kelemahan maupun kelebihannya. Bagaimana dengan kondisi fisik atau tampang? Apakah akan berpengaruh? Hmmm, kalau aku boleh nanya sama kalian, apakah yang membuatmu naksir atau jatuh cinta sama seseorang? 

Mungkin kebanyakan diantara kalian akan menjawab karena dia cakep, karena dia cantik, karena bibirnya seksi, karena dia tampangnya gaul and keren abiz, dan seterusnya. Betul nggak? 

Jujur aja kali, nggak dimarahin juga kok, hehehe Yupz, bukanlah rahasia umum kalau kebanyakan diantara kita tertarik sama seseorang karena tampang ataupun penampilannya. Beruntunglah bagi orang yang diberi anugerah berwajah ganteng ataupun cantik. Sebab akan lebih mudah baginya untuk menaklukan hati orang yang dicintainya. Dan otomatis akan lebih mudah baginya mendapatkan kekasih pujaan hati. 

 Lalu kalau begitu bagaimana dengan orang yang bertampang kurang beruntung? Bagaimana pula dengan orang yang suka berpenampilan sederhana apa adanya? Apakah mereka juga akan dengan mudah mendapatkan belahan jiwanya? 

Dari pengamatanku selama ini, ternyata itu tergantung dari pribadi orang yang bersangkutan. Orang yang bertampang kurang beruntung pun bisa dengan mudah mendapatkan cintanya ketika ia mampu memantaskan diri menjadi pribadi yang pantas dicintai. :)

Kata Om Mario Teguh, pribadi super Kata orang bijak "jangan lihat buku dari covernya". Nah dalam mencintai seseorang pun kita sebaiknya jangan hanya melihat dari tampangnya semata. Sebab tampang itu terkadang bisa menipu, bisa dibuat-buat. ^_*

Ketika mencintai seseorang lihatlah pribadinya secara utuh. Karena cinta terindah itu dari hati naik ke mata, lalu naik lagi ke pelaminan. :)

Tips Saat Patah Hati



Hey guys, pernah nggak ngalamin patah hati? Gejalanya biasanya nggak mau makan (kecuali pas laper), nggak mau minum (kecuali pas haus), nggak bisa tidur, semangat jadi down, sering ngelamun, dan seterusnya.

Yupz, patah hati itu emank menyakitkan. Ujung-ujungnya ntar jadi galau sampai-sampai frustasi. Betul nggak? 

Aku ada sedikit kisah tentang patah hati yang dialami orang-orang di sekitarku. Dulu waktu masih duduk di bangku SMA, aku pernah hampir dititipin surat berdarah oleh salah seorang temanku. Ia berujar kepadaku kalau sepulang sekolah akan menabrakan diri pada truk ataupun kendaraan yang sedang melaju kencang di jalan raya. Lalu ia titipkan sebuah surat perpisahan agar aku menyerahkannya kepada pacar temanku itu.

Usut punya usut saat kutanya sama dia kenapa mau bunuh diri, ternyata alasannya karena dia sedang patah hati. Sedang ada masalah dengan pacarnya. Temanku itu frustasi berat gara-gara patah hati. Aku mencoba menasehatinya agar ia mengurungkan niatnya itu. Hingga akhirnya pikirannya sedikit terbuka dan ia mengurungkan niat bunuh diri tersebut. 

Yang jelas, bagi kalian yang pernah patah hati ataupun saat ini sedang mengalami patah hati, tetap semangat ya guys! Ingat, patah hati itu bukanlah akhir dari segalanya. Patah hati bukanlah berarti kegagalan dalam bercinta. Ia hanyalah sebuah proses pendewasaan diri dalam kehidupan kita. Tuhan sedang mengajari kita bagaimana memperjuangkan cinta. 

Makanya jangan pernah mencoba akhiri hidup lo hanya karena patah hati! Semuanya akan indah pada waktunya. Bersabarlah, cinta…

Tips Pacaran Sehat untuk Remaja

Pacaran atau dalam Islam dikenal ta'aruf sesungguhnya merupakan hal yang wajar dan baik bagi upaya pengembangan kematangan emosional remaja. Asalkan pacarannya diisi dengan hal-hal yang positif dan tidak melanggar ajaran agama serta nilai norma yang ada. Pacaran itu wajib mematuhi rambu-rambu yang ada, jangan berlebih-lebihan. Dan jangan sampai kebablasan menjurus kearah melakukan hubungan seks. Memang terkadang begitu berat godaan yang menghampiri. Kekuatan iman dan hati nurani sebaiknya selalu menjadi pertimbangan atau benteng kalian para remaja yang sedang dimabuk cinta. 

Hey guys, bagi kalian para remaja harus berhati-hati dalam pacaran ya. Ingat, ungkapan cinta atau kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual yang bersifat destruktif atau merugikan . Semisal perilaku cabul dan free sex. 

Aku yakin kalian sudah paham yang dimaksudkan sebagai perilaku cabul dan free sex. Misalnya saja; melakukan ciuman (kissing), melakukan necking (pegang-pegang leher), petting, pegang-pegang bagian sensitive, ataupun hubungan badan layaknya pasangan suami istri. 

Wahai kalian para remaja Indonesia yang luar biasa, beranilah mengatakan TIDAK manakala kekasihmu meminta melakukan aktivitas pacaran yang melanggar ajaran agama maupun nilai norma dalam masyarakat. Termasuk hubungan seks ataupun hal-hal yang mengarah kepada aktivitas seksual lainnya. 

Wahai kalian para remaja Indonesia, teruslah positive thinking dalam pacaran. Cinta itu kasih sayang yang sifatnya konstruktif atau membaikkan. Cinta itu ketulusan menerima apa adanya. Bukan penyaluran hawa nafsu seksual yang justru akan merusak dan menodai kesucian cinta itu sendiri. 

Ingat, masa remaja hanya datang satu kali dalam seumur hidup kita. Itu artinya sekali kalian (para remaja) terjerumus pada jalan yang salah, maka seumur hidup penyesalan yang akan dirasakan. Masa remaja, masa mengenal cinta. Maka belajarlah mengenal cinta yang konstruktif. 

Hey guys, manakala kalian sedang pacaran jauhilah yang namanya hubungan seks alias free sex. Lakukan aktivitas yang positif, semisal merancang cita-cita bersama, belajar kelompok bersama, saling mengingatkan dalam kebaikan, mengasah potensi bersama, berlomba meraih prestasi, dan aktivitas positif lainnya. 

Pandai-pandailah memilah dan memilih antara yang salah dan yang benar. Jadilah remaja Indonesia yang Peace, Love and Respect. Remaja Indonesia mari gelorakan semangat: Say NO to free seks and cabul! Pacaran positive!   :)

Selasa, 24 Juli 2012

Nikah Butuh Rencana, Jangan Coba-Coba!

Kata orang nikah itu enak, nikmat, dan menarik datangnya rezeki. Terbukti tidak sedikit orang yang ketagihan nikah berkali-kali dengan pasangan yang berbeda pula (wah-wah, kalau ini sih namanya apa hayo? :p). NIKAH, itulah cita-cita dan impian hampir semua orang dewasa yang normal. Konon, belum lengkap dan sempurna rasanya hidup seseorang di dunia ini sebelum ia menikah alias berkeluarga. Right? 

Nikah, selain enak dan nikmat (berdasarkan pengalaman orang-orang yang sudah mengalaminya) ternyata juga banyak manfaatnya loh. Dari sudut pandang agama, nikah mampu menghindarkan kita dari fitnah dan perbuatan zina. Bahkan dalam Islam pernikahan merupakan fitrah manusia. Dari segi kesehatan (biologi), hubungan seksual pasangan suami-istri (yang telah disahkan melalui pernikahan) mampu meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh, terlebih menghindarkan seseorang dari berbagai penyakit kelamin. Di samping itu orang yang sudah menikah biasanya akan mengalami peningkatan gizi. Dari segi psikologi, pernikahan antara sepasang kekasih yang saling mencintai, akan menimbulkan rasa bahagia. Pernikahan juga bertujuan menjaga keberlangsungan keturunan serta populasi manusia. 

Yap, nikah itu memang banyak sekali manfaatnya. Tentu dengan catatan, pernikahan yang legal secara hukum maupun agama. Dan pastinya tidak ada paksaan atau intimidasi, alias didasari rasa saling mencinta. Namun dalam hal ini mesti hati-hati juga loh! Nikah itu butuh rencana, jangan asal ada kemauan, apalagi nafsu sesaat. Jangan sampai enak dan nikmatnya nggak seberapa, tapi mesti menanggung derita selamanya. Wah-wah, siapa yang rugi coba? Hehehe… Nikah yang tanpa rencana, kerap kali berakhir penderitaan dan penyesalan. Yang lebih fatal lagi bisa berujung pada perceraian (amit-amit ya…). Seperti halnya banyak kasus yang kerap kita temui di masyarakat. Misallkan saja, pernikahan usia dini gara-gara pihak perempuan hamil duluan. Ada pula pernikahan usia dini yang dipaksakan oleh orang tua ataupun dijodohkan (biasanya terjadi di pedesaan atau keluarga yang otoriter). Ada lagi, korban nikah muda gara-gara faktor ekonomi, misalkan untuk menutupi lilitan hutang (kebanyakan pihak wanita yang jadi korbannya). Dan masih banyak lagi kasus-kasus sejenis lainnya. 

Nah, kita pun dapat pelajaran berharga dari kasus-kasus di atas, bahwa nikah itu butuh rencana. Seperti halnya program yang dicanangkan oleh BKKBN, jadilah GenRe (Generasi Berencana). Gnerasi muda mesti memiliki rencana yang matang dalam hidupnya, termasuk dalam menyiapkan pernikahan. Perencanaan tersebut meliputi kapan usia akan menikah, dengan siapa akan menikah, mau punya berapa anak, sudah siapkah secara lahir dan batin mencukupi kebutuhan keluarga nantinya, dan seterusnya. Kita tahu nikah itu bukan cuma soal pemenuhan kebutuhan biologis (nafsu seksual). Nikah itu juga menyangkut tentang bagaimana memenuhi kebutuhan hidup, bertahan hidup, menyelaraskan jiwa dua insan manusia, mendidik anak, hidup bermasyarakat, dan seterusnya. 

Lalu benarkah nikah itu enak dan nikmat? Jawabannya relatif! Bisa bahagia atau justru derita. Bisa enak dan nikmat atau justru kepedihan dan penyesalan. Apa yang membedakannya? Itulah rencana! Jika sebuah pernikahan itu dilandasi dengan cinta dan perencanaan yang matang, tentu akan menimbulkan efek yang positif bagi kehidupan kedua mempelai. Orang menikah itu kan ingin bahagia, hidup sejahtera bersama orang yang dicinta sampai akhir hayat. Yang mesti kita ingat, nikah itu bukan mainan, nikah itu sesuatu yang sakral, dan harapannya tentu cuma sekali dalam seumur hidup. Jadi kalau belum siap betul, sebaiknya ya jangan coba-coba!

IPK yang Bikin Kaya, Mau?

Siapa bilang mahasiswa itu cuma bisa demo? Tahunya kampus, perpus, kos-kosan, pacaran atau kalau nggak ya nongkrong di mall. Minta uang bulanan sama ortu menjadi pekerjaannya. Kegiatannya sehari-hari belajar, belajar dan terus belajar guna mengejar Indeks Prestasi Komulatif (IPK)? Kini anggapan itu tidak sepenuhnya berlaku. Terlebih bagi mereka para mahasiswa yang berjiwa entrepreneurship. Mahasiswa-mahasiswa kategori ini (entrepreneurship) tidak hanya mengejar IPK dalam artian Indeks Prestasi Komulatif. Namun mereka juga telah mampu memiliki IPK dalam artian Indeks Pendapatan Komulatif. Alias pendapatan pribadi hasil kerja keras sendiri. Wow, mari beri applause! Hehehe… 

Dulu mungkin masih banyak orang yang meremehkan mahasiswa dari segi ekonominya. Misalkan saja saat seorang mahasiswa cowok apel di rumah ceweknya. Biasanya ortu si cewek bakalan nanya: “Maz udah kerja dimana?”. Nah kalau kalian jawab “maaf om/tante saya masih kuliah kok”. Kemungkinan ortu si cewek kalau nggak nyuruh masuk anaknya, ya si cowok yang bakalan diusir sambil bilang “Belajar aja dulu yang rajin sono maz, biar cepet lulus. Kalau udah lulus dan dapet kerjaan baru ngapelin anak saya lagi”. Gubrakkk… Tapi itu dulu kok, dulu banget…nget… Saya pun dapet kisahnya dari ortu. Beda sama zaman sekarang. Yang mana konon katanya sudah era emansipasi mahasiswa. Hehehe… 

Tapi bagi kalian para mahasiswa yang tetep ngotot ingin “status sudah bekerja” saat ngapelin pacarnya kini banyak caranya kok. Jadi saat acara ngapel di rumah sang pacar kan nggak malu-malu lagi tuh. Berstatus sebagai tukang bakso nampak lebih keren ketimbang mesti ngaku sebagai mahasiswa pengangguran. Betul? Upz, tapi jangan keras-keras bacanya ya. 

Berikut beberapa cara menjadi kaya dengan memiliki IPK (Indeks Pendapatan Komulatif) sejak masih mahasiswa: Pertama, kerja part time. Yaitu bekerja paruh waktu yang waktunya bisa disesuaikan dengan kegiatan perkuliahan. Ada banyak sekali contohnya. Semisal, jaga warnet, jaga rental komputer, jaga game center, jaga toko/mini market, dan seterusnya. Kedua, jualan pulsa, syukur-syukur bisa buka counter sekalian. Model bisnis jualan pulsa kini memang semakin menjamur. Namun yang membutuhkannya juga semakin banyak. Jadi mesti mampu bersaing dan memiliki nilai lebih. Ketiga, jual jasa. Misal pengetikan, jasa angkut, potong rambut, cleaning service, even organizer, penerjemah, dan seterusnya. Keempat, bimbingan belajar, les privat, atau kursus. 

Kalau kamu mahasiswa yang memiliki ketrampilan khusus yang bisa dibagi dan mampu mengajar, apa salahnya dicoba. Keenam, jual ketrampilan. Ini mirip-mirip sih dengan jual jasa. Misalkan saja kamu mahasiswa yang suka ngotak-atik mesin, barang-barang elektronik, komputer ataupun HP. Bisa tuh buka layanan service barang elektronik atau magang di bengkel. Ketujuh, jadi penulis. Nih pekerjaan yang bisa dibilang gampang-gampang susah. Namun kalau sudah dijalanin dan menghasilkan uang dijamin bakalan ketagihan. Misalkan saja honor menulis di koran lokal bisa berkisar antara 100rb-300rb per tulisan yang dimuat. Tergantung medianya dan kualitas atau jenis tulisan yang dimuat (cerpen, opini, puisi, resensi, dst). 

Kedelapan, buka usaha kuliner ataupun cemilan. Seperti halnya gerai makanan khas daerah, outlite cemilan unik, warung makan unik & klasik, aneka jajanan khas berbau tradisional, dst. Terbukti kok banyak pengusaha muda Indonesia yang sukses lewat jalan bisnis kuliner, seperti halnya pendiri usaha Tela-Tela. Kesembilan, buka usaha foto copy, percetakan & desain grafis. Terbukti, kesuksesan mas Saptuari lewat bisnis Kedai Digital dan Jogist-nya. Tapi untuk dua bisnis ini memang membutuhkan modal dan keberanian yang ekstra. 

Itulah beberapa peluang usaha yang bisa dijalankan oleh mahasiswa untuk memiliki Indeks Pendapatan Komulatif sendiri tanpa bergantung kepada kiriman orang tua. Di samping tentunya masih banyak lagi peluang-peluang lainnya yang bisa dikerjakan tanpa mengganggu Indeks Prestasi Komulatif. Misalkan saja aneka produk kreatif dan inovatif buah karya mahasiswa. Ternyata menjadi kaya sejak mahasiswa dengan memiliki Indeks Pendapatan Komulatif itu tidak mustahil. Bahkan mudah bagi mereka yang berjiwa kreatif dan entrepreneurship. Siapa tahu wisuda nanti bisa meraih dua IPK sekaligus. Pertama Indeks Prestasi Komulatif “Camlaude”. Dan kedua Indeks Pendapatan Komulatif MM, “Milyarder Muda”. Ayo siapa berani mencoba?

Senin, 23 Juli 2012

Tips Cinta Beda Agama

“Aku untuk kamu, kamu untuk aku namun semua apa mungkin. Iman kita yang berbeda :')” Demikian sebuah status agak galau yang tertulis di akun facebook seorang teman. Saya tergelitik membacanya. Dari isi status facebook itu nampak bahwa sang pemilik akun sedang jatuh cinta dengan orang yang berbeda agama/keyakinan/iman. Lalu munculah dilema dan gejolak, pilih cinta atau agama? Yup, kasus cinta beda agama memang tidak jarang terjadi di masyarakat kita yang pluralis ini. Bahkan mungkin diantara Anda para pembaca ada yang mengalaminya sendiri. 

 Saya sendiri punya kenalan seorang teman yang kebetulan nasrani. Kebetulan dia cewek. Dia jatuh cinta sama seorang cowok/pria muslim. Kedua orang tuanya dengan keras melarang dia agar tidak lagi berhubungan dengan si cowok. Namun dia tetap nekad terus menjalin hubungan dengan si cowok yang beda agama dengan keluarganya itu. Bahkan hubungan atas nama cinta tersebut berlanjut sampai ke jenjang pernikahan. Karena sang ayah tidak merestui akhirnya pernikahan itu diwakilkan kepada wali hakim. Namun karena itu sudah menjadi pilihan terbaik baginya, kini teman saya itu memutuskan berpindah agama menjadi muslim mengikuti sang suami. Dan seiring berjalannya waktu kini mereka telah dikaruniai seorang putra. 

Cinta beda agama memang kerap kali memunculkan dilema diantara sepasang kekasih yang menjalaninya. Tidak jarang pula menimbulkan kecanggungan dalam sebuah hubungan relationship, takut kalau sampai menyinggung salah satu pihak. Namun yang paling kerap menjadi masalah di sini adalah restu kedua orang tua/keluarga masing-masing. Pada orang tua/keluarga yang sangat religius dan konservatif biasanya akan sulit menerima mantu yang beda iman/agama. Dimungkinkan kecuali sang calon mantu bersedia pindah agama. Di sini akan muncul gejolak antara mempertahankan cinta atau mempertahankan iman-nya. 

Pada sisi yang lain, dalam keluarga yang demokrasi dan terbuka biasanya akan lebih fleksibel dalam menyikapi cinta beda agama. Keluarga semacam ini akan membebaskan pilihan pada anaknya yang menjalani cinta. Orang tua hanya akan memberikan nasihat-nasihat/wejangan yang sekiranya bermanfaat sebagai bekal bagi anak-anaknya dalam menjalin hubungan cinta. Namun pilihan tetap diserahkan kepada sang anak tanpa intimidasi orang tua/keluarga. Pada orang tua/keluarga yang demokrasi semacam ini beranggapan bahwa pilihan sang anak adalah pilihan yang terbaik bagi kehidupan sang anak itu sendiri. Karena sang anak lah yang akan menjalani hubungan itu. Toh hal ini juga sebagai proses pendewasaan dan pembelajaran demokrasi kepada sang anak. 

Nah, mengingat banyaknya dilema dan gejolak dalam menjalin cinta beda agama, antara mempertahankan atau menyudahi, antara iman atau cinta, antara restu orang tua atau sang kekasih pujaan hati, mendingan baca dulu tips sederhana ini. Berikut hal yang sebaiknya Anda lakukan dan perhatikan sebelum atau saat mengalami cinta beda agama: 

- Yakinkan hati Anda. Sebelum Anda benar-benar memutuskan menjalin cinta beda agama, cobalah yakinkan kembali hati Anda. Apa yang membuat Anda jatuh cinta dan mesti kepadanya (orang yang beda agama)? 

- Fokuskan apa tujuan Anda menjalin cinta beda agama tersebut. Sekedar having fun, suka-suka, enjoy, menikmati masa muda, atau mungkin menjurus ke jenjang yang lebih serius lagi? Sebaiknya, pada awal-awal menjalin hubungan tanyakan dulu kepada kekasih Anda, apakah sekedar having fun atau mau lanjut ke pelaminan. 

- Konsultasikan kepada keluarga/orang tua masing-masing. Ini khusus berlaku bagi pasangan yang memang ingin menjalani hubungan secara lebih serius. Biasakan terbuka kepada orang tua tentang jodoh/calon pasangan hidup yang kita mau. Sebaiknya konsultasikan kepada keluarga/orang tua manakala Anda ingin menjalin hubungan serius dengan orang yang beda agama. Walau pada akhirnya keputusan terbaik ada di tangan Anda sendiri. 

- Lihat dan resapi bagaimana sikap/tanggapan keluarga sang kekasih terhadap Anda. Apakah mereka bisa menerima perbedaan keyakinan itu? Apakah mereka mau bersikap legowo dengan perbedaan tersebut? Hubungan sebuah cinta yang suci tentu akan lebih indah dan berkah manakala mendapatkan persetujuan/restu dari orang tua kedua belah pihak. 

- Renungkan kisah cinta Anda. Cobalah renungkan apakah terjadi masalah-masalah yang parah dalam perjalanan cinta Anda yang beda agama itu. Semisal saja, apakah terjadi perselisihan yang serius menyangkut ideologi agama. Bila terjadi perselisihan menyangkut perbedaan agama tersebut, sebaiknya saling toleransi dan kedepankan penyelesaikan secara baik-baik dan dewasa. Tentu akan lebih baik lagi bila masing-masing pasangan sudah bisa saling menerima perbedaan yang ada, tanpa memaksakan sang kekasih untuk mengikuti agama-nya. 

 Itulah beberapa tips sederhana atau hal-hal yang sebaiknya Anda perhatikan dalam menjalani cinta beda agama. Di sini bisa ditarik garis besar, menjalani cinta beda agama adalah hak azasi setiap manusia yang tidak boleh diintimidasi. Bila Anda mengalami dilema/gejolak saat menjalani cinta beda agama, ada dua pilihan, yaitu mempertahankan cinta Anda dengan segala konsekuensi yang mungkin akan dihadapi atau menyudahi hubungan secara baik-baik (sekedar having fun) dengan alasan mempertahankan iman. Karena cinta memang untuk diperjuangkan, sama halnya cinta beda agama. Namun yakinlah dibalik setiap perjuangan itu akan kita temukan kebahagiaan.

Kenapa Mesti Mempermasalahkan Perbedaan?

“Bhineka Tunggal Ika”, itulah sepenggal kalimat sederhana yang terdapat pada lambang negara kita Pancasila. Bhineka Tunggal Ika yang juga merupakan semboyan negara kita itu kini nampaknya semakin dilupakan. Padahal hampir setiap saat kita mendengar kata-kata sakti itu. Entah kenapa pemaknaannya masih jauh dari yang diharapkan. Pancasila tetap ada, Bhineka Tunggal Ika tetap ada, namun permusuhan dan perpecahan “hanya” gara-gara masalah perbedaan juga tetap jalan. Terus apa ini yang dinamakan “Berbeda-beda tetapi tetap satu”? 

 Ironis memang, ketika bangsa ini masih saja mempermasalahkan perbedaan seperti “kekanak-kanakan”. Entah itu perbedaan keyakinan, etnik, pandangan politik, hingga bahkan perbedaan secara fisik individu. Itu percuma sekali bukan? Jelas-jelas bangsa ini adalah bangsa yang beragam, multikultural, heterogen. Itu sudah terjadi sejak awal berdirinya negara ini. Dan sudah banyak sekali buku-buku yang menuliskan tentang hal itu. Setiap hari digembor-gemborkan bahwa “Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi pluralisme”. Apa masih kurang jelas? 

Lagi dan lagi, mempermasalahkan perbedaan. Ya, perbedaan penentuan awal puasa Ramadhan. Ada yang mulai tanggal 20 Juli ada pula yang mulai tanggal 21 Juli. Terus langsung menjadi perdebatan di berbagai obrolan di dunia nyata maupun dunia maya. Padahal yang jauh lebih penting di sini yaitu bagaimana memaknai dan mengisi bulan Ramadhan itu sendiri. Dengan berintrospeksi diri, pengendalian diri, pendidikan ruhani, dan peningkatan iman serta amal. Bukan justru mempermasalahkan perbedaan yang tidak penting itu. 

Ya, sampai kapanpun yang namanya perbedaan akan selalu ada di negara kita tercinta ini. Lah namanya saja bangsa multikultural. Ngapain mesti terus sibuk mencari-cari dan mempermasalahkan yang namanya perbedaan?! Nggak bakalan ada rampungnya juga kan? Itu cuma bakalan nguras energi bangsa ini sia-sia. Sekali lagi, ITU CUMA SIA-SIA bung! Mendingan yuk kita bareng-bareng cari persamaan yang bisa terus menyatukan bangsa ini. Ingat, kita ini SATU NUSA, SATU BANGSA, SATU BAHASA >> INDONESIA!