Jumat, 26 Maret 2010

UnderCover of Jakarta

Petualangan di Jakarta pekan lalu telah menghentak jiwaku, menampar ragaku hingga terurai air mata kala itu. Discover of Jakarta…di balik keindahan Jakarta dengan gedung-gedung megahnya itu ternyata teersimpan begitu banyak permasalahan yang meraung-raung jiwaku ini.

Premanisme di Pasar Senen hanyalah sebagian kecil permasalahan di Jakarta. Walau tak bisa ku pungkiri itu sangatlah meresahkan warga, baik warga Jakarta asli maupun para warga luar kota yang sekedar ingin menyaksikan kota Jakarta yang katanya keren itu. Aku sering berfikir apa yang bisa dibanggakan dari Jakarta? MoNaskah? Ataukah Pantai Ancol yang kini menurut ku lebih tepat disebut sebagai TPU (Tempat Pembuangan Umum) sampah. Itukah yang harus dibanggakan dari sebuah ibukota Negara?

Lebih dari itu aku menyaksikan banyak hal dibalik kota Jakarta yang mungkin saja para pejabat-pejabat kurang mengetahuinya. Tentunya kita mungkin harus memaklumi karena kesibukan mereka sehingga tidak sempat mengamati “Undercover of Jakarta”, Ataukah mungkin mereka tidak pernah sempat menyaksikan berita di media? (hehehe). Saat itu aku sempat mencoba berkunjung ke Pasar Jatinegara. Aku menyaksaikan begitu kerasnya kehidupan di sana. Bisa ku bilang prinsip mereka adalah “Siapa yang kuat dialah yang berkuasa”. Aku bisa maklum, sebab secara psikologis tentunya pekerjaan mereka akan mempengaruhi karakter dan sikap mereka. Seperti yang ku amati waktu itu, (di Pasar Jatinegara), aku melihat mereka harus memikul barang dari lokasi parkir hingga lantai tertentu. Tentunya kita bisa membayangkan betapa kerasnya hidup di Jakarta.

Yang lebih memprihatinkan lagi ketika aku main ke kawasan Kampung Bandan (Beos), yang merupakan kawasan sangat dekat dengan Ancol. Subhanalloh…ketika aku melangkahkan kaki disana, ku menyaksikan kawasan yang begitu kumuh. Apalagi kawasan pinggiran Stasiun Beos yang mana pernah digunakan oleh mas Pasha dan band-nya itu shooting video “Surgamu” kala itu. Sangat-sangat memprihatinkan coy…

Sebuah pelajaran dan pembelajaran diri kudapatkan dari sebuah kota dimana aku dilahirkan, hidup di Jakarta kini begitu keras. Apapun cara dihalalkan untuk bisa sekedar bertahan hidup disana. Kejujuran pun kian mahal di Jakarta, bahkan lebih mahal dari harga sebuah mobil untuk para Pejabat-pejabat kita. Ku menyaksikan ada kesenjangan yang amat tajam di Jakarta. Contohnya saat ku amati antara ITC Mangga Dua dan Megapelita…hehehe ada apa ini?

Saat kumelihat begitu banyak mobil-mobil mewah yang kian membuat sumpek dan macet Jakarta, dibandingkan dengan masih begitu banyak anak-anak dan ibu-ibu kelaparan di lampu merah dan bawah jembatan layang. Bahkan ketika malam tiba pun terkadang mereka harus bermain petak umpet dengan para SatPol PP…

UnderCover of Jakarta…
bersambung di kisahku selanjutnya………………to be continue