“Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti”, itulah subtema Hari Pendidikan Nasional tahun ini. Yang tema utamanya adalah “Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa”. Ini menunjukkan adanya upaya Pemerintah untuk mentasbihkan kembali hakikat pendidikan yang telah ditekankan oleh Ki Hajar Dewantoro pada jauh-jauh hari. Menurut Ki Hajar Dewantoro pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan jasmani anak didik.
Pada realitasnya kini pendidikan di Indonesia masih jauh dari apa yang dicitakan oleh Ki Hajar Dewantoro tersebut. Kekerasan dalam pendidikan masih terjadi. Plagiarisme dan jual-beli ijazah sudah menjadi rahasia umum. Bahkan berbagai kasus perjokian kembali mewarnai pelaksanaan Ujian Nasional tahun ini. Ironisnya ada oknum guru di beberapa sekolah tertentu yang turut berkompromi dalam kasus perjokian tersebut. Ini tentu tidak saja telah mencoreng martabat bangsa namun juga sangat bertentangan dengan hakikat pendidikan itu sendiri.
Kompleksitas persoalan moral dalam dunia pendidikan menjadi salah satu alasan pentingnya pendidikan karakter bagi bangsa ini. Terlebih lagi akhir-akhir ini banyak gerakan berbasis ideology yang mencoba menyusupkan pemikiran-pemikiran sesat kepada para generasi muda Indonesia. Ada yang melalui “cuci otak” atas nama gerakan NII, hingga bahkan beberapa berhasil terekrut menjadi teroris. Ini mengindikasikan belum maksimalnya implementasi pendidikan karakter di sekolah dan perguruan tinggi. Lemahnya legitimasi nilai budi pekerti dalam dunia pendidikan memang masih menjadi salah satu tantangan bagi tercapainya pendidikan karakter.
Melalui peringatan Hardiknas ini bisa kita jadikan sebagai moment untuk bersama-sama merevitalisasi gerakan pendidikan karakter bangsa. Maka dari itu setiap lembaga penyelenggara pendidikan jangan hanya mengejar prestasi akademik ataupun akreditasi semata. Namun juga wajib menjunjung tinggi budi pekerti sebagai landasan dalam meraih prestasi tersebut; seperti kejujuran, kedisiplinan, kerjasama, dsb. Dalam mendorong terwujudnya pendidikan karakter harus dimulai dengan adanya tauladan yang baik dari para pendidik. Seperti semboyan Ki Hajar Dewantoro; “Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani”.