Sabtu, 28 Juli 2012

Kisah Inspiratif Sarjana Buruh Tani

Sore itu hari semakin gelap. Hujan pun turun rintik-rintik membasahi tanah Jogja. Semua orang yang lalu-lalang di sekitar kampus segera berteduh untuk menghindari hujan. Aku yang saat itu sedang minum kopi di sebuah angkringan sederhana tiba-tiba terkejut dengan penampakan dua sosok manusia yang nekad terus berjalan di tengah-tengah guyuran hujan. Bapak-bapak tua bersama seorang anak muda hampir seumuran dengan aku. Wajah mereka begitu polos dan sepertinya sedang bingung mencari sesuatu. Nampak sesekali sang bapak memeluk anak muda itu dengan tatapan cemas.

“Pak-pak monggo mampir dulu sini berteduh, hujannya masih deras”, seruku kepada bapak tua itu saat lewat di depan angkringan di mana aku minum kopi untuk sekedar menghangatkan badan.

Bapak tua itu pun mendekat sambil membawa bawaan beberapa kardus dan tas besar yang di panggulnya. Nampak kelelahan yang sangat dari raut wajahnya. Si anak muda yang bersama dengannya itu sesekali menuntunnya. Lalu duduklah mereka pada salah satu kursi kayu panjang yang ada di angkringan.

“Bang-bang tolong dibikinin kopi panasnya dua lagi ya”, pintaku kepada abang penjaga angkringan.

“Okey siappp mas bro”, sahut abang angkringan yang tidak lama disusul dengan dua gelas kopi hangat yang sudah siap untuk dinikmati.

“Monggo diminum dulu kopinya pak…mas… mumpung masih anget biar nggak kedinginan. Terus silahkan ambil nasi kucing atau gorengan mana yang disuka. Santai saja saya gratis kok”, sapaku kepada mereka.

“Wah-wah terimakasih sekali mas, jadi ngerepotin ni”, balas bapak dan pemuda itu dengan kompak.

“Sama-sama…”

“Oh ya, bapak sama mas ini sebenarnya dari mana, mau kemana atau mencari siapa gerangan? Kok kelihatannya banyak bener barang bawaannya?”, tanyaku.

“Kami ini orang dari kampung pelosok mas. Pemuda ini anak saya yang kebetulan baru saja diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Jogja ini. Dan dari tadi kami muter-muter nyari kos-kosan yang murah. Tapi belum nemu juga. Maklum saya ini hanya seorang buruh tani biasa mas”, curhat bapak tua itu.

“Walau hanya buruh tani saya tidak pernah minder mas. Yang penting pekerjaan itu halal dan berkah untuk kehidupan keluarga saya. Kebetulan kami muslim dan selalu menggantungkan segalanya hanya kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Syukurlah Tuhan memberikan jalan, walau kami hanya keluarga buruh tani, namun anak saya ini berhasil mendapatkan beasiswa gratis sampai lulus sarjana di salah satu fakultas pertanian ternama di Jogja ini”, lanjut bapak tua itu mengisahkan perjalanan hidupnya.

“Wah saya salut sekali dengan perjuangan bapak. Bagaimana kalau nanti saya antar saja ke pengurus masjid di sekitar sini. Kebetulan di salah satu masjid sekitar kampus ini lagi butuh seorang marbot. Dan anak bapak bisa gratis tinggal di masjid itu sambil menjadi pengurus rumah Allah”, sahutku merekomendasi.

“Boleh-boleh… bapak berterimakasih sekali atas bantuannya mas, semoga Tuhan membalas segala kebaikanmu”, tutur bapak itu sambil menepuk pundakku.

“Amiin… sama-sama Pak. Justru saya sangat berterimakasih kepada bapak yang telah menyadarkan saya lewat kisah inspiratif kehidupan bapak. Semoga kelak anak bapak menjadi sarjana pertanian yang mampu mengubah hidup keluarga bapak dan para buruh tani di negeri ini”, balasku.

Hujan pun mereda. Aku bersyukur angkringan dan hujan sore itu telah mempertemukan aku dengan sebuah realitas kehidupan. Man jadda wa jadda!

Cinta Sejati, Tidak Memandang Tampang Doank!

Cinta itu bersedia menerima apa adanya sang pujaan hati. Baik itu kelemahan maupun kelebihannya. Bagaimana dengan kondisi fisik atau tampang? Apakah akan berpengaruh? Hmmm, kalau aku boleh nanya sama kalian, apakah yang membuatmu naksir atau jatuh cinta sama seseorang? 

Mungkin kebanyakan diantara kalian akan menjawab karena dia cakep, karena dia cantik, karena bibirnya seksi, karena dia tampangnya gaul and keren abiz, dan seterusnya. Betul nggak? 

Jujur aja kali, nggak dimarahin juga kok, hehehe Yupz, bukanlah rahasia umum kalau kebanyakan diantara kita tertarik sama seseorang karena tampang ataupun penampilannya. Beruntunglah bagi orang yang diberi anugerah berwajah ganteng ataupun cantik. Sebab akan lebih mudah baginya untuk menaklukan hati orang yang dicintainya. Dan otomatis akan lebih mudah baginya mendapatkan kekasih pujaan hati. 

 Lalu kalau begitu bagaimana dengan orang yang bertampang kurang beruntung? Bagaimana pula dengan orang yang suka berpenampilan sederhana apa adanya? Apakah mereka juga akan dengan mudah mendapatkan belahan jiwanya? 

Dari pengamatanku selama ini, ternyata itu tergantung dari pribadi orang yang bersangkutan. Orang yang bertampang kurang beruntung pun bisa dengan mudah mendapatkan cintanya ketika ia mampu memantaskan diri menjadi pribadi yang pantas dicintai. :)

Kata Om Mario Teguh, pribadi super Kata orang bijak "jangan lihat buku dari covernya". Nah dalam mencintai seseorang pun kita sebaiknya jangan hanya melihat dari tampangnya semata. Sebab tampang itu terkadang bisa menipu, bisa dibuat-buat. ^_*

Ketika mencintai seseorang lihatlah pribadinya secara utuh. Karena cinta terindah itu dari hati naik ke mata, lalu naik lagi ke pelaminan. :)

Tips Saat Patah Hati



Hey guys, pernah nggak ngalamin patah hati? Gejalanya biasanya nggak mau makan (kecuali pas laper), nggak mau minum (kecuali pas haus), nggak bisa tidur, semangat jadi down, sering ngelamun, dan seterusnya.

Yupz, patah hati itu emank menyakitkan. Ujung-ujungnya ntar jadi galau sampai-sampai frustasi. Betul nggak? 

Aku ada sedikit kisah tentang patah hati yang dialami orang-orang di sekitarku. Dulu waktu masih duduk di bangku SMA, aku pernah hampir dititipin surat berdarah oleh salah seorang temanku. Ia berujar kepadaku kalau sepulang sekolah akan menabrakan diri pada truk ataupun kendaraan yang sedang melaju kencang di jalan raya. Lalu ia titipkan sebuah surat perpisahan agar aku menyerahkannya kepada pacar temanku itu.

Usut punya usut saat kutanya sama dia kenapa mau bunuh diri, ternyata alasannya karena dia sedang patah hati. Sedang ada masalah dengan pacarnya. Temanku itu frustasi berat gara-gara patah hati. Aku mencoba menasehatinya agar ia mengurungkan niatnya itu. Hingga akhirnya pikirannya sedikit terbuka dan ia mengurungkan niat bunuh diri tersebut. 

Yang jelas, bagi kalian yang pernah patah hati ataupun saat ini sedang mengalami patah hati, tetap semangat ya guys! Ingat, patah hati itu bukanlah akhir dari segalanya. Patah hati bukanlah berarti kegagalan dalam bercinta. Ia hanyalah sebuah proses pendewasaan diri dalam kehidupan kita. Tuhan sedang mengajari kita bagaimana memperjuangkan cinta. 

Makanya jangan pernah mencoba akhiri hidup lo hanya karena patah hati! Semuanya akan indah pada waktunya. Bersabarlah, cinta…

Tips Pacaran Sehat untuk Remaja

Pacaran atau dalam Islam dikenal ta'aruf sesungguhnya merupakan hal yang wajar dan baik bagi upaya pengembangan kematangan emosional remaja. Asalkan pacarannya diisi dengan hal-hal yang positif dan tidak melanggar ajaran agama serta nilai norma yang ada. Pacaran itu wajib mematuhi rambu-rambu yang ada, jangan berlebih-lebihan. Dan jangan sampai kebablasan menjurus kearah melakukan hubungan seks. Memang terkadang begitu berat godaan yang menghampiri. Kekuatan iman dan hati nurani sebaiknya selalu menjadi pertimbangan atau benteng kalian para remaja yang sedang dimabuk cinta. 

Hey guys, bagi kalian para remaja harus berhati-hati dalam pacaran ya. Ingat, ungkapan cinta atau kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual yang bersifat destruktif atau merugikan . Semisal perilaku cabul dan free sex. 

Aku yakin kalian sudah paham yang dimaksudkan sebagai perilaku cabul dan free sex. Misalnya saja; melakukan ciuman (kissing), melakukan necking (pegang-pegang leher), petting, pegang-pegang bagian sensitive, ataupun hubungan badan layaknya pasangan suami istri. 

Wahai kalian para remaja Indonesia yang luar biasa, beranilah mengatakan TIDAK manakala kekasihmu meminta melakukan aktivitas pacaran yang melanggar ajaran agama maupun nilai norma dalam masyarakat. Termasuk hubungan seks ataupun hal-hal yang mengarah kepada aktivitas seksual lainnya. 

Wahai kalian para remaja Indonesia, teruslah positive thinking dalam pacaran. Cinta itu kasih sayang yang sifatnya konstruktif atau membaikkan. Cinta itu ketulusan menerima apa adanya. Bukan penyaluran hawa nafsu seksual yang justru akan merusak dan menodai kesucian cinta itu sendiri. 

Ingat, masa remaja hanya datang satu kali dalam seumur hidup kita. Itu artinya sekali kalian (para remaja) terjerumus pada jalan yang salah, maka seumur hidup penyesalan yang akan dirasakan. Masa remaja, masa mengenal cinta. Maka belajarlah mengenal cinta yang konstruktif. 

Hey guys, manakala kalian sedang pacaran jauhilah yang namanya hubungan seks alias free sex. Lakukan aktivitas yang positif, semisal merancang cita-cita bersama, belajar kelompok bersama, saling mengingatkan dalam kebaikan, mengasah potensi bersama, berlomba meraih prestasi, dan aktivitas positif lainnya. 

Pandai-pandailah memilah dan memilih antara yang salah dan yang benar. Jadilah remaja Indonesia yang Peace, Love and Respect. Remaja Indonesia mari gelorakan semangat: Say NO to free seks and cabul! Pacaran positive!   :)

Selasa, 24 Juli 2012

Nikah Butuh Rencana, Jangan Coba-Coba!

Kata orang nikah itu enak, nikmat, dan menarik datangnya rezeki. Terbukti tidak sedikit orang yang ketagihan nikah berkali-kali dengan pasangan yang berbeda pula (wah-wah, kalau ini sih namanya apa hayo? :p). NIKAH, itulah cita-cita dan impian hampir semua orang dewasa yang normal. Konon, belum lengkap dan sempurna rasanya hidup seseorang di dunia ini sebelum ia menikah alias berkeluarga. Right? 

Nikah, selain enak dan nikmat (berdasarkan pengalaman orang-orang yang sudah mengalaminya) ternyata juga banyak manfaatnya loh. Dari sudut pandang agama, nikah mampu menghindarkan kita dari fitnah dan perbuatan zina. Bahkan dalam Islam pernikahan merupakan fitrah manusia. Dari segi kesehatan (biologi), hubungan seksual pasangan suami-istri (yang telah disahkan melalui pernikahan) mampu meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh, terlebih menghindarkan seseorang dari berbagai penyakit kelamin. Di samping itu orang yang sudah menikah biasanya akan mengalami peningkatan gizi. Dari segi psikologi, pernikahan antara sepasang kekasih yang saling mencintai, akan menimbulkan rasa bahagia. Pernikahan juga bertujuan menjaga keberlangsungan keturunan serta populasi manusia. 

Yap, nikah itu memang banyak sekali manfaatnya. Tentu dengan catatan, pernikahan yang legal secara hukum maupun agama. Dan pastinya tidak ada paksaan atau intimidasi, alias didasari rasa saling mencinta. Namun dalam hal ini mesti hati-hati juga loh! Nikah itu butuh rencana, jangan asal ada kemauan, apalagi nafsu sesaat. Jangan sampai enak dan nikmatnya nggak seberapa, tapi mesti menanggung derita selamanya. Wah-wah, siapa yang rugi coba? Hehehe… Nikah yang tanpa rencana, kerap kali berakhir penderitaan dan penyesalan. Yang lebih fatal lagi bisa berujung pada perceraian (amit-amit ya…). Seperti halnya banyak kasus yang kerap kita temui di masyarakat. Misallkan saja, pernikahan usia dini gara-gara pihak perempuan hamil duluan. Ada pula pernikahan usia dini yang dipaksakan oleh orang tua ataupun dijodohkan (biasanya terjadi di pedesaan atau keluarga yang otoriter). Ada lagi, korban nikah muda gara-gara faktor ekonomi, misalkan untuk menutupi lilitan hutang (kebanyakan pihak wanita yang jadi korbannya). Dan masih banyak lagi kasus-kasus sejenis lainnya. 

Nah, kita pun dapat pelajaran berharga dari kasus-kasus di atas, bahwa nikah itu butuh rencana. Seperti halnya program yang dicanangkan oleh BKKBN, jadilah GenRe (Generasi Berencana). Gnerasi muda mesti memiliki rencana yang matang dalam hidupnya, termasuk dalam menyiapkan pernikahan. Perencanaan tersebut meliputi kapan usia akan menikah, dengan siapa akan menikah, mau punya berapa anak, sudah siapkah secara lahir dan batin mencukupi kebutuhan keluarga nantinya, dan seterusnya. Kita tahu nikah itu bukan cuma soal pemenuhan kebutuhan biologis (nafsu seksual). Nikah itu juga menyangkut tentang bagaimana memenuhi kebutuhan hidup, bertahan hidup, menyelaraskan jiwa dua insan manusia, mendidik anak, hidup bermasyarakat, dan seterusnya. 

Lalu benarkah nikah itu enak dan nikmat? Jawabannya relatif! Bisa bahagia atau justru derita. Bisa enak dan nikmat atau justru kepedihan dan penyesalan. Apa yang membedakannya? Itulah rencana! Jika sebuah pernikahan itu dilandasi dengan cinta dan perencanaan yang matang, tentu akan menimbulkan efek yang positif bagi kehidupan kedua mempelai. Orang menikah itu kan ingin bahagia, hidup sejahtera bersama orang yang dicinta sampai akhir hayat. Yang mesti kita ingat, nikah itu bukan mainan, nikah itu sesuatu yang sakral, dan harapannya tentu cuma sekali dalam seumur hidup. Jadi kalau belum siap betul, sebaiknya ya jangan coba-coba!

IPK yang Bikin Kaya, Mau?

Siapa bilang mahasiswa itu cuma bisa demo? Tahunya kampus, perpus, kos-kosan, pacaran atau kalau nggak ya nongkrong di mall. Minta uang bulanan sama ortu menjadi pekerjaannya. Kegiatannya sehari-hari belajar, belajar dan terus belajar guna mengejar Indeks Prestasi Komulatif (IPK)? Kini anggapan itu tidak sepenuhnya berlaku. Terlebih bagi mereka para mahasiswa yang berjiwa entrepreneurship. Mahasiswa-mahasiswa kategori ini (entrepreneurship) tidak hanya mengejar IPK dalam artian Indeks Prestasi Komulatif. Namun mereka juga telah mampu memiliki IPK dalam artian Indeks Pendapatan Komulatif. Alias pendapatan pribadi hasil kerja keras sendiri. Wow, mari beri applause! Hehehe… 

Dulu mungkin masih banyak orang yang meremehkan mahasiswa dari segi ekonominya. Misalkan saja saat seorang mahasiswa cowok apel di rumah ceweknya. Biasanya ortu si cewek bakalan nanya: “Maz udah kerja dimana?”. Nah kalau kalian jawab “maaf om/tante saya masih kuliah kok”. Kemungkinan ortu si cewek kalau nggak nyuruh masuk anaknya, ya si cowok yang bakalan diusir sambil bilang “Belajar aja dulu yang rajin sono maz, biar cepet lulus. Kalau udah lulus dan dapet kerjaan baru ngapelin anak saya lagi”. Gubrakkk… Tapi itu dulu kok, dulu banget…nget… Saya pun dapet kisahnya dari ortu. Beda sama zaman sekarang. Yang mana konon katanya sudah era emansipasi mahasiswa. Hehehe… 

Tapi bagi kalian para mahasiswa yang tetep ngotot ingin “status sudah bekerja” saat ngapelin pacarnya kini banyak caranya kok. Jadi saat acara ngapel di rumah sang pacar kan nggak malu-malu lagi tuh. Berstatus sebagai tukang bakso nampak lebih keren ketimbang mesti ngaku sebagai mahasiswa pengangguran. Betul? Upz, tapi jangan keras-keras bacanya ya. 

Berikut beberapa cara menjadi kaya dengan memiliki IPK (Indeks Pendapatan Komulatif) sejak masih mahasiswa: Pertama, kerja part time. Yaitu bekerja paruh waktu yang waktunya bisa disesuaikan dengan kegiatan perkuliahan. Ada banyak sekali contohnya. Semisal, jaga warnet, jaga rental komputer, jaga game center, jaga toko/mini market, dan seterusnya. Kedua, jualan pulsa, syukur-syukur bisa buka counter sekalian. Model bisnis jualan pulsa kini memang semakin menjamur. Namun yang membutuhkannya juga semakin banyak. Jadi mesti mampu bersaing dan memiliki nilai lebih. Ketiga, jual jasa. Misal pengetikan, jasa angkut, potong rambut, cleaning service, even organizer, penerjemah, dan seterusnya. Keempat, bimbingan belajar, les privat, atau kursus. 

Kalau kamu mahasiswa yang memiliki ketrampilan khusus yang bisa dibagi dan mampu mengajar, apa salahnya dicoba. Keenam, jual ketrampilan. Ini mirip-mirip sih dengan jual jasa. Misalkan saja kamu mahasiswa yang suka ngotak-atik mesin, barang-barang elektronik, komputer ataupun HP. Bisa tuh buka layanan service barang elektronik atau magang di bengkel. Ketujuh, jadi penulis. Nih pekerjaan yang bisa dibilang gampang-gampang susah. Namun kalau sudah dijalanin dan menghasilkan uang dijamin bakalan ketagihan. Misalkan saja honor menulis di koran lokal bisa berkisar antara 100rb-300rb per tulisan yang dimuat. Tergantung medianya dan kualitas atau jenis tulisan yang dimuat (cerpen, opini, puisi, resensi, dst). 

Kedelapan, buka usaha kuliner ataupun cemilan. Seperti halnya gerai makanan khas daerah, outlite cemilan unik, warung makan unik & klasik, aneka jajanan khas berbau tradisional, dst. Terbukti kok banyak pengusaha muda Indonesia yang sukses lewat jalan bisnis kuliner, seperti halnya pendiri usaha Tela-Tela. Kesembilan, buka usaha foto copy, percetakan & desain grafis. Terbukti, kesuksesan mas Saptuari lewat bisnis Kedai Digital dan Jogist-nya. Tapi untuk dua bisnis ini memang membutuhkan modal dan keberanian yang ekstra. 

Itulah beberapa peluang usaha yang bisa dijalankan oleh mahasiswa untuk memiliki Indeks Pendapatan Komulatif sendiri tanpa bergantung kepada kiriman orang tua. Di samping tentunya masih banyak lagi peluang-peluang lainnya yang bisa dikerjakan tanpa mengganggu Indeks Prestasi Komulatif. Misalkan saja aneka produk kreatif dan inovatif buah karya mahasiswa. Ternyata menjadi kaya sejak mahasiswa dengan memiliki Indeks Pendapatan Komulatif itu tidak mustahil. Bahkan mudah bagi mereka yang berjiwa kreatif dan entrepreneurship. Siapa tahu wisuda nanti bisa meraih dua IPK sekaligus. Pertama Indeks Prestasi Komulatif “Camlaude”. Dan kedua Indeks Pendapatan Komulatif MM, “Milyarder Muda”. Ayo siapa berani mencoba?

Senin, 23 Juli 2012

Tips Cinta Beda Agama

“Aku untuk kamu, kamu untuk aku namun semua apa mungkin. Iman kita yang berbeda :')” Demikian sebuah status agak galau yang tertulis di akun facebook seorang teman. Saya tergelitik membacanya. Dari isi status facebook itu nampak bahwa sang pemilik akun sedang jatuh cinta dengan orang yang berbeda agama/keyakinan/iman. Lalu munculah dilema dan gejolak, pilih cinta atau agama? Yup, kasus cinta beda agama memang tidak jarang terjadi di masyarakat kita yang pluralis ini. Bahkan mungkin diantara Anda para pembaca ada yang mengalaminya sendiri. 

 Saya sendiri punya kenalan seorang teman yang kebetulan nasrani. Kebetulan dia cewek. Dia jatuh cinta sama seorang cowok/pria muslim. Kedua orang tuanya dengan keras melarang dia agar tidak lagi berhubungan dengan si cowok. Namun dia tetap nekad terus menjalin hubungan dengan si cowok yang beda agama dengan keluarganya itu. Bahkan hubungan atas nama cinta tersebut berlanjut sampai ke jenjang pernikahan. Karena sang ayah tidak merestui akhirnya pernikahan itu diwakilkan kepada wali hakim. Namun karena itu sudah menjadi pilihan terbaik baginya, kini teman saya itu memutuskan berpindah agama menjadi muslim mengikuti sang suami. Dan seiring berjalannya waktu kini mereka telah dikaruniai seorang putra. 

Cinta beda agama memang kerap kali memunculkan dilema diantara sepasang kekasih yang menjalaninya. Tidak jarang pula menimbulkan kecanggungan dalam sebuah hubungan relationship, takut kalau sampai menyinggung salah satu pihak. Namun yang paling kerap menjadi masalah di sini adalah restu kedua orang tua/keluarga masing-masing. Pada orang tua/keluarga yang sangat religius dan konservatif biasanya akan sulit menerima mantu yang beda iman/agama. Dimungkinkan kecuali sang calon mantu bersedia pindah agama. Di sini akan muncul gejolak antara mempertahankan cinta atau mempertahankan iman-nya. 

Pada sisi yang lain, dalam keluarga yang demokrasi dan terbuka biasanya akan lebih fleksibel dalam menyikapi cinta beda agama. Keluarga semacam ini akan membebaskan pilihan pada anaknya yang menjalani cinta. Orang tua hanya akan memberikan nasihat-nasihat/wejangan yang sekiranya bermanfaat sebagai bekal bagi anak-anaknya dalam menjalin hubungan cinta. Namun pilihan tetap diserahkan kepada sang anak tanpa intimidasi orang tua/keluarga. Pada orang tua/keluarga yang demokrasi semacam ini beranggapan bahwa pilihan sang anak adalah pilihan yang terbaik bagi kehidupan sang anak itu sendiri. Karena sang anak lah yang akan menjalani hubungan itu. Toh hal ini juga sebagai proses pendewasaan dan pembelajaran demokrasi kepada sang anak. 

Nah, mengingat banyaknya dilema dan gejolak dalam menjalin cinta beda agama, antara mempertahankan atau menyudahi, antara iman atau cinta, antara restu orang tua atau sang kekasih pujaan hati, mendingan baca dulu tips sederhana ini. Berikut hal yang sebaiknya Anda lakukan dan perhatikan sebelum atau saat mengalami cinta beda agama: 

- Yakinkan hati Anda. Sebelum Anda benar-benar memutuskan menjalin cinta beda agama, cobalah yakinkan kembali hati Anda. Apa yang membuat Anda jatuh cinta dan mesti kepadanya (orang yang beda agama)? 

- Fokuskan apa tujuan Anda menjalin cinta beda agama tersebut. Sekedar having fun, suka-suka, enjoy, menikmati masa muda, atau mungkin menjurus ke jenjang yang lebih serius lagi? Sebaiknya, pada awal-awal menjalin hubungan tanyakan dulu kepada kekasih Anda, apakah sekedar having fun atau mau lanjut ke pelaminan. 

- Konsultasikan kepada keluarga/orang tua masing-masing. Ini khusus berlaku bagi pasangan yang memang ingin menjalani hubungan secara lebih serius. Biasakan terbuka kepada orang tua tentang jodoh/calon pasangan hidup yang kita mau. Sebaiknya konsultasikan kepada keluarga/orang tua manakala Anda ingin menjalin hubungan serius dengan orang yang beda agama. Walau pada akhirnya keputusan terbaik ada di tangan Anda sendiri. 

- Lihat dan resapi bagaimana sikap/tanggapan keluarga sang kekasih terhadap Anda. Apakah mereka bisa menerima perbedaan keyakinan itu? Apakah mereka mau bersikap legowo dengan perbedaan tersebut? Hubungan sebuah cinta yang suci tentu akan lebih indah dan berkah manakala mendapatkan persetujuan/restu dari orang tua kedua belah pihak. 

- Renungkan kisah cinta Anda. Cobalah renungkan apakah terjadi masalah-masalah yang parah dalam perjalanan cinta Anda yang beda agama itu. Semisal saja, apakah terjadi perselisihan yang serius menyangkut ideologi agama. Bila terjadi perselisihan menyangkut perbedaan agama tersebut, sebaiknya saling toleransi dan kedepankan penyelesaikan secara baik-baik dan dewasa. Tentu akan lebih baik lagi bila masing-masing pasangan sudah bisa saling menerima perbedaan yang ada, tanpa memaksakan sang kekasih untuk mengikuti agama-nya. 

 Itulah beberapa tips sederhana atau hal-hal yang sebaiknya Anda perhatikan dalam menjalani cinta beda agama. Di sini bisa ditarik garis besar, menjalani cinta beda agama adalah hak azasi setiap manusia yang tidak boleh diintimidasi. Bila Anda mengalami dilema/gejolak saat menjalani cinta beda agama, ada dua pilihan, yaitu mempertahankan cinta Anda dengan segala konsekuensi yang mungkin akan dihadapi atau menyudahi hubungan secara baik-baik (sekedar having fun) dengan alasan mempertahankan iman. Karena cinta memang untuk diperjuangkan, sama halnya cinta beda agama. Namun yakinlah dibalik setiap perjuangan itu akan kita temukan kebahagiaan.

Kenapa Mesti Mempermasalahkan Perbedaan?

“Bhineka Tunggal Ika”, itulah sepenggal kalimat sederhana yang terdapat pada lambang negara kita Pancasila. Bhineka Tunggal Ika yang juga merupakan semboyan negara kita itu kini nampaknya semakin dilupakan. Padahal hampir setiap saat kita mendengar kata-kata sakti itu. Entah kenapa pemaknaannya masih jauh dari yang diharapkan. Pancasila tetap ada, Bhineka Tunggal Ika tetap ada, namun permusuhan dan perpecahan “hanya” gara-gara masalah perbedaan juga tetap jalan. Terus apa ini yang dinamakan “Berbeda-beda tetapi tetap satu”? 

 Ironis memang, ketika bangsa ini masih saja mempermasalahkan perbedaan seperti “kekanak-kanakan”. Entah itu perbedaan keyakinan, etnik, pandangan politik, hingga bahkan perbedaan secara fisik individu. Itu percuma sekali bukan? Jelas-jelas bangsa ini adalah bangsa yang beragam, multikultural, heterogen. Itu sudah terjadi sejak awal berdirinya negara ini. Dan sudah banyak sekali buku-buku yang menuliskan tentang hal itu. Setiap hari digembor-gemborkan bahwa “Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi pluralisme”. Apa masih kurang jelas? 

Lagi dan lagi, mempermasalahkan perbedaan. Ya, perbedaan penentuan awal puasa Ramadhan. Ada yang mulai tanggal 20 Juli ada pula yang mulai tanggal 21 Juli. Terus langsung menjadi perdebatan di berbagai obrolan di dunia nyata maupun dunia maya. Padahal yang jauh lebih penting di sini yaitu bagaimana memaknai dan mengisi bulan Ramadhan itu sendiri. Dengan berintrospeksi diri, pengendalian diri, pendidikan ruhani, dan peningkatan iman serta amal. Bukan justru mempermasalahkan perbedaan yang tidak penting itu. 

Ya, sampai kapanpun yang namanya perbedaan akan selalu ada di negara kita tercinta ini. Lah namanya saja bangsa multikultural. Ngapain mesti terus sibuk mencari-cari dan mempermasalahkan yang namanya perbedaan?! Nggak bakalan ada rampungnya juga kan? Itu cuma bakalan nguras energi bangsa ini sia-sia. Sekali lagi, ITU CUMA SIA-SIA bung! Mendingan yuk kita bareng-bareng cari persamaan yang bisa terus menyatukan bangsa ini. Ingat, kita ini SATU NUSA, SATU BANGSA, SATU BAHASA >> INDONESIA!

Tips Menghindari Kekerasan Dalam Pacaran

Pacaran itu salah satu surganya dunia, demikian kata orang-orang yang sedang dimabuk cinta. Terutama bagi mereka, adik-adik kawula muda yang memang baru saja mengenal yang namanya cinta. Bagi mereka pacaran merupakan masa-masa yang paling indah. Yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup. Bahkan sampai akhir hayatnya. Pacaran itu sendiri adalah kegiatan saling mengenal dan saling menjajaki antara dua insan yang berbeda jenis (laki-laki dan perempuan). Baik mengenal bagaimana kepribadiannya, apa hobinya, bagaimana keluarganya, dan seterusnya. 

Berbicara tentang pacaran tidak membatasi pada umur. Karena pacaran itu sejatinya memang alamiah bagi setiap jiwa manusia. Dan dari sudut pandang agama pun ada istilahnya sendiri. Namun di sini saya hanya akan membahas tentang gaya pacaran pada usia muda/ABG/remaja di Indonesia. Kerap kali saya menjumpai adik-adik SMP/SMA yang gaya pacarannya mengkhawatirkan, karena menjurus pada perilaku kekerasan. Sepanjang pengamatan saya, kekerasan dalam pacaran oleh usia remaja antara lain kekerasan verbal/non-verbal, kekerasan seksual, kekerasan secara psikologis, dan seterusnya. Kekerasan dalam pacaran secara verbal, misalkan saja berupa kata-kata yang tidak pantas, seperti halnya merendahkan diri atau menghina. Contohnya, “dasar kamu nih jelek, udah syukur aku mau sama kamu! Tolol loe!”, dst. 

Kekerasan dalam pacaran dalam bentuk non-verbal/fisik, contohnya bisa banyak sekali. Bisa berupa pemukulan, penamparan, tendangan, dan tindakan-tindakan fisik lainnya yang bersifat menyakiti sang kekasih. Sementara kekerasan seksual dalam pacaran yakni tindakan pemaksaan untuk berhubungan badan (intim) terhadap pasangan. Pasti sudah paham semuanya, hehehe… 

Menurut pendapat beberapa psikolog, ada lagi kekerasan dalam pacaran secara ekonomi. Saya sendiri kerap kali menjumpai kasus seperti ini. Dimana dalam hal ini sang cowok “memalak” ceweknya, atau ada pula yang sebaliknya. Pacaran modus seperti ini umumnya dilakukan mereka yang memang bermental entrepremanisme, alias berwirausaha lewat mreman. Sebaiknya jangan ditiru ya, hehehe…. 

 Mengingat semakin banyaknya kasus kekerasan dalam pacaran maka amat penting sekali tips untuk menghindarinya. Lalu bagaimana tips untuk menghindari kekerasan dalam pacaran? Berikut saya bagikan tips secara sederhana: 

-Sebelum berpacaran, pastikan calon kekasih kamu itu benar-benar sudah kamu kenal di dunia nyata alias tidak sekedar kenalan lewat chating atau jejaring sosial. 

-Kenali dulu siapa kawan-kawannya, preman atau bukan, dsb 

-Kenali dulu kepribadiannya secara umum, suka main kekerasan atau tidak, dsb

-Telusuri latar belakang keluarganya, keluarga broken home bisa menjadi faktor memicu seseorang melakukan kekerasan dalam pacaran, walau tidak semua demikian. 

-Waspadai jika kekasih mulai melakukan tindakan kekerasan -Jangan segan-segan menceritakan kekerasan dalam pacaran yang kamu alami kepada teman-teman atau orang tuamu. 

 -Jangan takut untuk berontak atau melawan jika kamu mengalami kekerasan dalam pacaran -Jika kekerasan yang kamu alami sudah sangat keterlaluan dan membahayakan, jangan takut-takut atau malu untuk melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Demikian tips sederhana untuk kalian semua. Semoga bisa bermanfaat dan menambah khazanah ilmu.