Cipta Cinta Damai menuju 21 year "Kemilau untuk Negeri"
Mungkin sekarang para perempuan Indonesia bisa tersenyum indah menikmati kesetaraan gender yang “konon” telah diraih saat ini. Tentu sudah semestinya para perempuan Indonesia bersyukur kepada Tuhan, dan RA. Kartini sang pejuang sejati emansipasi wanita di Indonesia. Namun perlu kita sadari bersama, dari hasil analisa ternyata secara tidak sadar atau “memang dibuat tidak sadar” saat ini sebenarnya telah terjadi komodifikasi wanita. Benarkah?!
Ya benar sekali, penulis rasa itu merupakan kata-kata terhalus yang bisa melukiskan betapa kini para perempuan telah dibuat tidak sadar secara kasat mata. Hingga akhirnya apa yang terjadi? Bisa kita amati saat ini betapa peradaban kapitalis telah berhasil jaya mengkomodifikasikan hal-hal yang “menarik” dari seorang wanita menjadi barang komoditas baru di dunia.
Mengapa penulis mengangkat judul “STOP Komodifikasi Perempuan” ? Hal ini didorong atas keprihatinan penulis yang amat mendalam (lebay ^_^) atas penjara hidup yang masih memperangkap perempuan hingga detik ini. Dan ironisnya dari analisa penulis masih banyak sekali perempuan yang belum menyadarinya. Bahkan yang lebih menyedihkan, ada juga yang justru menikmati hal itu. What’s up?
Pengkomodifikasian perempuan benar-benar Nampak nyata telah menunjukkan betapa sebuah system kapitalis telah menghalalkan segala cara demi meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Penulis melihat kini para perempuan Indonesia sedang terpenjara oleh gelar “Cantik”. Gelar cantik saat ini telah menjadi semacam prestis dan kebanggaan bagi para kaum “Hawa”. Pada akhirnya gelar “Cantik” pun menjadi peluang emas bagi para kaum kapitalis untuk memasuki celah-celah dimana para perempuan justru termabuk kepayang menikmatinya. Bagaimana mungkin para perempuan menikmatinya?
Ya, penulis melihat kini semakin banyak perempuan yang justru menikmati pengkomodifikasian yang dilakukan oleh para kaum kapitalis. Dari analisa penulis tanpa disadari para perempuan kini benar-benar telah dibius oleh sebuah sistem kapitalis hingga mereka tak sadarkan diri dengan pengkomodifikasian yang semakin kasat mata itu. Pembiusan itu tentu bukan memakai semacam obat, narkoba, ganja atau obat memabukkan lainnya. Namun system kapitalis telah berhasil membius kaum perempuan dengan segala pesona palsu yang ditawarkannya. Contohnya saja pesona kepopuleran/ketenaran, pesona uang/harta, pesona jabatan, pesona teknologi, dsb. Lalu seperti apa itu Komodifikasi perempuan?
Komodifikasi perempuan yang terjadi saat ini banyak sekali bentuknya. Contohnya antara lain bisa kita lihat di berbagai media yang mana Nampak jelas perempuan (baca : tubuh) telah dijadikan semacam icon daya tarik agar konsumen atau masyarakat membeli produk tertentu. Mulai dari produk sabun, pewangi pakaian, parfum laki-laki, produk makanan & minuman, dsb. Tidak hanya itu, jika kita lihat acara-acara di media televisi pun semakin nyata pengkomodifikasian itu. Mulai dari MC tayangan infotainment, MC reality show, MC berita, musik show, dancer, pembawa berita, hingga acara sinetron. Semua itu selalu saja dibalut oleh pesona seorang perempuan sebagai “korban tak sadar” yang berhasil dibius oleh system kapitalis global.
Pada akhirnya penulis yang bukanlah siapa-siapa ingin mencoba mengajak para perempuan Indonesia untuk membuka mata hati dan nurani; mari lihat, rasakan, renungkan dan segera lakukan tindakan untuk melawan segala bentuk komodifikasi terhadap para kaum perempuan. Perlawanan dalam hal ini perlu penulis garisbawahi, yang berarti perlawanan melalui karya-karya dan sumbangsih untuk negeri sesuai dengan kodrat-nya. Jangan sampai para kaum perempuan justru melenceng dari kodrat menjadi bergaya kelaki-lakian. Ini pun tentu bukan yang kita harapkan.
Tunggu lanjutannya...
Tunggu lanjutannya...