Senin, 23 Juli 2012

Tips Cinta Beda Agama

“Aku untuk kamu, kamu untuk aku namun semua apa mungkin. Iman kita yang berbeda :')” Demikian sebuah status agak galau yang tertulis di akun facebook seorang teman. Saya tergelitik membacanya. Dari isi status facebook itu nampak bahwa sang pemilik akun sedang jatuh cinta dengan orang yang berbeda agama/keyakinan/iman. Lalu munculah dilema dan gejolak, pilih cinta atau agama? Yup, kasus cinta beda agama memang tidak jarang terjadi di masyarakat kita yang pluralis ini. Bahkan mungkin diantara Anda para pembaca ada yang mengalaminya sendiri. 

 Saya sendiri punya kenalan seorang teman yang kebetulan nasrani. Kebetulan dia cewek. Dia jatuh cinta sama seorang cowok/pria muslim. Kedua orang tuanya dengan keras melarang dia agar tidak lagi berhubungan dengan si cowok. Namun dia tetap nekad terus menjalin hubungan dengan si cowok yang beda agama dengan keluarganya itu. Bahkan hubungan atas nama cinta tersebut berlanjut sampai ke jenjang pernikahan. Karena sang ayah tidak merestui akhirnya pernikahan itu diwakilkan kepada wali hakim. Namun karena itu sudah menjadi pilihan terbaik baginya, kini teman saya itu memutuskan berpindah agama menjadi muslim mengikuti sang suami. Dan seiring berjalannya waktu kini mereka telah dikaruniai seorang putra. 

Cinta beda agama memang kerap kali memunculkan dilema diantara sepasang kekasih yang menjalaninya. Tidak jarang pula menimbulkan kecanggungan dalam sebuah hubungan relationship, takut kalau sampai menyinggung salah satu pihak. Namun yang paling kerap menjadi masalah di sini adalah restu kedua orang tua/keluarga masing-masing. Pada orang tua/keluarga yang sangat religius dan konservatif biasanya akan sulit menerima mantu yang beda iman/agama. Dimungkinkan kecuali sang calon mantu bersedia pindah agama. Di sini akan muncul gejolak antara mempertahankan cinta atau mempertahankan iman-nya. 

Pada sisi yang lain, dalam keluarga yang demokrasi dan terbuka biasanya akan lebih fleksibel dalam menyikapi cinta beda agama. Keluarga semacam ini akan membebaskan pilihan pada anaknya yang menjalani cinta. Orang tua hanya akan memberikan nasihat-nasihat/wejangan yang sekiranya bermanfaat sebagai bekal bagi anak-anaknya dalam menjalin hubungan cinta. Namun pilihan tetap diserahkan kepada sang anak tanpa intimidasi orang tua/keluarga. Pada orang tua/keluarga yang demokrasi semacam ini beranggapan bahwa pilihan sang anak adalah pilihan yang terbaik bagi kehidupan sang anak itu sendiri. Karena sang anak lah yang akan menjalani hubungan itu. Toh hal ini juga sebagai proses pendewasaan dan pembelajaran demokrasi kepada sang anak. 

Nah, mengingat banyaknya dilema dan gejolak dalam menjalin cinta beda agama, antara mempertahankan atau menyudahi, antara iman atau cinta, antara restu orang tua atau sang kekasih pujaan hati, mendingan baca dulu tips sederhana ini. Berikut hal yang sebaiknya Anda lakukan dan perhatikan sebelum atau saat mengalami cinta beda agama: 

- Yakinkan hati Anda. Sebelum Anda benar-benar memutuskan menjalin cinta beda agama, cobalah yakinkan kembali hati Anda. Apa yang membuat Anda jatuh cinta dan mesti kepadanya (orang yang beda agama)? 

- Fokuskan apa tujuan Anda menjalin cinta beda agama tersebut. Sekedar having fun, suka-suka, enjoy, menikmati masa muda, atau mungkin menjurus ke jenjang yang lebih serius lagi? Sebaiknya, pada awal-awal menjalin hubungan tanyakan dulu kepada kekasih Anda, apakah sekedar having fun atau mau lanjut ke pelaminan. 

- Konsultasikan kepada keluarga/orang tua masing-masing. Ini khusus berlaku bagi pasangan yang memang ingin menjalani hubungan secara lebih serius. Biasakan terbuka kepada orang tua tentang jodoh/calon pasangan hidup yang kita mau. Sebaiknya konsultasikan kepada keluarga/orang tua manakala Anda ingin menjalin hubungan serius dengan orang yang beda agama. Walau pada akhirnya keputusan terbaik ada di tangan Anda sendiri. 

- Lihat dan resapi bagaimana sikap/tanggapan keluarga sang kekasih terhadap Anda. Apakah mereka bisa menerima perbedaan keyakinan itu? Apakah mereka mau bersikap legowo dengan perbedaan tersebut? Hubungan sebuah cinta yang suci tentu akan lebih indah dan berkah manakala mendapatkan persetujuan/restu dari orang tua kedua belah pihak. 

- Renungkan kisah cinta Anda. Cobalah renungkan apakah terjadi masalah-masalah yang parah dalam perjalanan cinta Anda yang beda agama itu. Semisal saja, apakah terjadi perselisihan yang serius menyangkut ideologi agama. Bila terjadi perselisihan menyangkut perbedaan agama tersebut, sebaiknya saling toleransi dan kedepankan penyelesaikan secara baik-baik dan dewasa. Tentu akan lebih baik lagi bila masing-masing pasangan sudah bisa saling menerima perbedaan yang ada, tanpa memaksakan sang kekasih untuk mengikuti agama-nya. 

 Itulah beberapa tips sederhana atau hal-hal yang sebaiknya Anda perhatikan dalam menjalani cinta beda agama. Di sini bisa ditarik garis besar, menjalani cinta beda agama adalah hak azasi setiap manusia yang tidak boleh diintimidasi. Bila Anda mengalami dilema/gejolak saat menjalani cinta beda agama, ada dua pilihan, yaitu mempertahankan cinta Anda dengan segala konsekuensi yang mungkin akan dihadapi atau menyudahi hubungan secara baik-baik (sekedar having fun) dengan alasan mempertahankan iman. Karena cinta memang untuk diperjuangkan, sama halnya cinta beda agama. Namun yakinlah dibalik setiap perjuangan itu akan kita temukan kebahagiaan.

Kenapa Mesti Mempermasalahkan Perbedaan?

“Bhineka Tunggal Ika”, itulah sepenggal kalimat sederhana yang terdapat pada lambang negara kita Pancasila. Bhineka Tunggal Ika yang juga merupakan semboyan negara kita itu kini nampaknya semakin dilupakan. Padahal hampir setiap saat kita mendengar kata-kata sakti itu. Entah kenapa pemaknaannya masih jauh dari yang diharapkan. Pancasila tetap ada, Bhineka Tunggal Ika tetap ada, namun permusuhan dan perpecahan “hanya” gara-gara masalah perbedaan juga tetap jalan. Terus apa ini yang dinamakan “Berbeda-beda tetapi tetap satu”? 

 Ironis memang, ketika bangsa ini masih saja mempermasalahkan perbedaan seperti “kekanak-kanakan”. Entah itu perbedaan keyakinan, etnik, pandangan politik, hingga bahkan perbedaan secara fisik individu. Itu percuma sekali bukan? Jelas-jelas bangsa ini adalah bangsa yang beragam, multikultural, heterogen. Itu sudah terjadi sejak awal berdirinya negara ini. Dan sudah banyak sekali buku-buku yang menuliskan tentang hal itu. Setiap hari digembor-gemborkan bahwa “Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi pluralisme”. Apa masih kurang jelas? 

Lagi dan lagi, mempermasalahkan perbedaan. Ya, perbedaan penentuan awal puasa Ramadhan. Ada yang mulai tanggal 20 Juli ada pula yang mulai tanggal 21 Juli. Terus langsung menjadi perdebatan di berbagai obrolan di dunia nyata maupun dunia maya. Padahal yang jauh lebih penting di sini yaitu bagaimana memaknai dan mengisi bulan Ramadhan itu sendiri. Dengan berintrospeksi diri, pengendalian diri, pendidikan ruhani, dan peningkatan iman serta amal. Bukan justru mempermasalahkan perbedaan yang tidak penting itu. 

Ya, sampai kapanpun yang namanya perbedaan akan selalu ada di negara kita tercinta ini. Lah namanya saja bangsa multikultural. Ngapain mesti terus sibuk mencari-cari dan mempermasalahkan yang namanya perbedaan?! Nggak bakalan ada rampungnya juga kan? Itu cuma bakalan nguras energi bangsa ini sia-sia. Sekali lagi, ITU CUMA SIA-SIA bung! Mendingan yuk kita bareng-bareng cari persamaan yang bisa terus menyatukan bangsa ini. Ingat, kita ini SATU NUSA, SATU BANGSA, SATU BAHASA >> INDONESIA!

Tips Menghindari Kekerasan Dalam Pacaran

Pacaran itu salah satu surganya dunia, demikian kata orang-orang yang sedang dimabuk cinta. Terutama bagi mereka, adik-adik kawula muda yang memang baru saja mengenal yang namanya cinta. Bagi mereka pacaran merupakan masa-masa yang paling indah. Yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup. Bahkan sampai akhir hayatnya. Pacaran itu sendiri adalah kegiatan saling mengenal dan saling menjajaki antara dua insan yang berbeda jenis (laki-laki dan perempuan). Baik mengenal bagaimana kepribadiannya, apa hobinya, bagaimana keluarganya, dan seterusnya. 

Berbicara tentang pacaran tidak membatasi pada umur. Karena pacaran itu sejatinya memang alamiah bagi setiap jiwa manusia. Dan dari sudut pandang agama pun ada istilahnya sendiri. Namun di sini saya hanya akan membahas tentang gaya pacaran pada usia muda/ABG/remaja di Indonesia. Kerap kali saya menjumpai adik-adik SMP/SMA yang gaya pacarannya mengkhawatirkan, karena menjurus pada perilaku kekerasan. Sepanjang pengamatan saya, kekerasan dalam pacaran oleh usia remaja antara lain kekerasan verbal/non-verbal, kekerasan seksual, kekerasan secara psikologis, dan seterusnya. Kekerasan dalam pacaran secara verbal, misalkan saja berupa kata-kata yang tidak pantas, seperti halnya merendahkan diri atau menghina. Contohnya, “dasar kamu nih jelek, udah syukur aku mau sama kamu! Tolol loe!”, dst. 

Kekerasan dalam pacaran dalam bentuk non-verbal/fisik, contohnya bisa banyak sekali. Bisa berupa pemukulan, penamparan, tendangan, dan tindakan-tindakan fisik lainnya yang bersifat menyakiti sang kekasih. Sementara kekerasan seksual dalam pacaran yakni tindakan pemaksaan untuk berhubungan badan (intim) terhadap pasangan. Pasti sudah paham semuanya, hehehe… 

Menurut pendapat beberapa psikolog, ada lagi kekerasan dalam pacaran secara ekonomi. Saya sendiri kerap kali menjumpai kasus seperti ini. Dimana dalam hal ini sang cowok “memalak” ceweknya, atau ada pula yang sebaliknya. Pacaran modus seperti ini umumnya dilakukan mereka yang memang bermental entrepremanisme, alias berwirausaha lewat mreman. Sebaiknya jangan ditiru ya, hehehe…. 

 Mengingat semakin banyaknya kasus kekerasan dalam pacaran maka amat penting sekali tips untuk menghindarinya. Lalu bagaimana tips untuk menghindari kekerasan dalam pacaran? Berikut saya bagikan tips secara sederhana: 

-Sebelum berpacaran, pastikan calon kekasih kamu itu benar-benar sudah kamu kenal di dunia nyata alias tidak sekedar kenalan lewat chating atau jejaring sosial. 

-Kenali dulu siapa kawan-kawannya, preman atau bukan, dsb 

-Kenali dulu kepribadiannya secara umum, suka main kekerasan atau tidak, dsb

-Telusuri latar belakang keluarganya, keluarga broken home bisa menjadi faktor memicu seseorang melakukan kekerasan dalam pacaran, walau tidak semua demikian. 

-Waspadai jika kekasih mulai melakukan tindakan kekerasan -Jangan segan-segan menceritakan kekerasan dalam pacaran yang kamu alami kepada teman-teman atau orang tuamu. 

 -Jangan takut untuk berontak atau melawan jika kamu mengalami kekerasan dalam pacaran -Jika kekerasan yang kamu alami sudah sangat keterlaluan dan membahayakan, jangan takut-takut atau malu untuk melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Demikian tips sederhana untuk kalian semua. Semoga bisa bermanfaat dan menambah khazanah ilmu.