Pada peringatan Hardiknas tanggal 2 Mei yang lalu Mendiknas mengangkat sebuah tema besar yaitu “Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa". Pemilihan tema ini memang cukup relevan dengan perkembangan dan perubahan aspirasi masyarakat yang sangat dinamis serta melihat terjadinya kemerosotan moral generasi bangsa pada zaman globalisasi ini. Menurut Mendiknas, itulah sebabnya kita sungguh menggarisbawahi pentingnya pendidikan dan pembangunan karakter bangsa dalam arti luas. Bangsa yang berkarakter unggul, di samping tercermin dari moral, etika dan budi pekerti yang baik, juga ditandai dengan semangat, tekad dan energi yang kuat, dengan pikiran yang positif dan sikap yang optimis, serta dengan rasa persaudaraan, persatuan dan kebersamaan yang tinggi.
Melihat pernyataan Mendiknas tersebut maka tampak jelas bahwa kebijakan pendidikan nasional ingin mencoba untuk mentasbihkan dan melaunching kembali gerakan pendidikan karakter bangsa. Pendidikan karakter ini sebenarnya merupakan bagian dari apa yang jauh hari telah ditekankan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Di dalam Bab II Pasal 3 UU Sisdiknas juga dituliskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Pendidikan merupakan proses yang paling bertanggung jawab dalam melahirkan warga negara Indonesia yang memiliki karakter kuat sebagai modal dalam membangun peradaban bangsa yang tinggi dan unggul. Karakter bangsa yang kuat merupakan produk dari pendidikan yang bagus dan mengembangkan karakter. Ketika mayoritas karakter masyarakat kuat, positif, tangguh peradaban yang tinggi dapat dibangun dengan baik dan sukses. Sebaliknya, jika mayoritas karakter masyarakat negatif, karakter negatif dan lemah mengakibatkan peradaban yang dibangun pun menjadi lemah. Peradaban yang lemah akan dengan mudah hancur ditelan waktu.
Pendidikan karakter merupakan bagian integral yang sangat penting dari pendidikan kita. Untuk itu dunia pendidikan harus mampu menjadi motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter bangsa, sehingga anggota masyakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-sendi NKRI dan norma-norma sosial di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. Yang dimaksud karakter yaitu merupakan standar-standar batin yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri. Karakter diri dilandasi nilai-nilai serta cara berpikir berdasarkan nilai-nilai tersebut yang terwujud di dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Jadi Pendidikan membangun karakter, mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan yang negatif atau yang buruk. Dalam mewujudkan pendidikan karakter, tidak dapat dilakukan tanpa penanaman nilai-nilai (Azyumardi Azra, 2002:175). Indonesia Heritage Foundation merumuskan nilai-nilai yang patut diajarkan kepada anak-anak untuk menjadikannya pribadi berkarakter antaralain : cinta Tuhan dan kebenaran; bertanggung jawab, berdisiplinan, dan mandiri; mempunyai amanah; bersikap hormat dan santun; mempunyai rasa kasih sayang, kepedulian, dan mampu kerja sama; percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah; mempunyai rasa keadilan dan sikap kepemimpinan; baik dan rendah hati; mempunyai toleransi dan cinta damai, dll.
Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan, karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas akan tetapi juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun, sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun masyarakat pada umumnya. Tetapi yang menjadi pertanyaannya sekarang bagaimana mungkin kita membangun karakter bangsa lewat pendidikan bila dalam dunia pendidikan banyak masalah dengan karakter yang dimaksudkan itu? Maka dalam hal inilah UNY sebagai perguruan tinggi yang mencetak para tenaga pendidik harus mampu menjadi ujungtombak bangsa yang ikut bertanggung jawab untuk menterjemahkan kebijakan itu. Terkait dengan itu, dan dalam menghadapi tantangan global yang berorientasi pada World Class University (WCU), UNY dalam Dies Natalis ke-46 tahun 2010 mengambil tema “Peran UNY dalam Pengembangan Pendidikan Karakter menuju WCU”.
Upaya mulia itu tentu perlu kita berikan apresiasi dan dukungan bersama seiring UNY yang mengharapkan lulusannya supaya menjadi pribadi-pribadi yang cendekia, mandiri dan bernurani (CeMaNi). Ini tentu sebuah langkah kemajuan besar dari sebuah kampus dimana nantinya dihasilkan para tenaga pendidik. Jika upaya UNY ini berhasil, tentu akan menimbulkan "brand" di mata masyarakat bahwa UNY merupakan basis cendekia-cendekia yang tidak hanya cerdas dan mandiri, namun juga berkarakter. Seperti kita ketahu bersama, pendidikan karakter tidak akan mungkin berhasil tanpa dukungan dari seluruh elemen bangsa. Dan khususnya di sekolah, pendidikan karakter akan berhasil tercapai ketika para pendidiknya pun berkarakter. Dari sinilah kita harapkan UNY sebagai kampus pencetak para tenaga pendidik, mampu mengasilkan para pendidik yang profesional dan berkarakter. Pada akhirnya semua ini tak akan berarti apa-apa ketika itu semua hanya berakhir sebagai sebuah "wacana". SEMOGA
Mari kita dukung bersama UNY menuju Worl Class University yang Berkarakter (Bernurani, Mandiri, Cendekia)