Selasa, 09 November 2010

Mahasiswa Siaga Bencana

Bencana alam yang terjadi silih berganti pada akhir-akhir ini memang menuntut gerak cepat dari berbagai pihak; mulai dari pemerintah (baik daerah maupun pusat), Bazarnas, BNPB, LSM, lembaga-lembaga pemerintahan, serta seluruh warga masyarakat yang ada. Bencana alam yang terjadi sekarang ini seringkali tidak dapat diprediksi. Contohnya letusan gunung merapi di Sleman-Yogyakarta dan tsunami di Mentawai. Tidak bisa dipungkiri negara kita ini memang termasuk wilayah yang sangat rawan akan bencana alam. Untuk itu perlu selalu ada kesiagaan dari berbagai kalangan. Kesiagaan Pemerintah saja terbukti tidak cukup efektif dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam di tanah air. Dalam hal ini tentu perlu adanya partisipasi serta peran serta aktif dari para mahasiswa.

Ketika bencana alam datang silih berganti seperti sekarang ini, para mahasiswa harus siap turut serta aktif dalam penanganan bencana di tanah air. Baik itu diminta maupun atas keikhlasan dan kesadaran diri. Kita sebagai mahasiswa harus menjadi mahasiswa yang siaga bencana, dalam artian tanggap jika suatu waktu terjadi bencana. Bukan justru menyelamatkan diri sendiri saat bencana terjadi, namun sebagai mahasiswa harus turut berperan aktif dalam melakukan evakuasi terhadap para korban bencana. Atau paling tidak para mahasiswa bisa menjadi relawan maupun koordinator di lokasi bencana.

Di sisi lain kita para mahasiswa juga bisa berpartisipasi sebagai dermawan. Tentu bukan seberapa besar jumlah uang atau nilai barang yang disumbangkan. Namun yang lebih penting adalah keikhlasan berbagi dan nilai guna dari apa yang kita sumbangkan itu. Bisa berupa makanan, pakaian, obat-obatan, dsb. Sebagai mahasiswa yang memiliki banyak jaringan kita juga bisa menjadi relawan/coordinator dalam pengumpulan dana bantuan untuk para korban bencana alam di tanah air. Bisa melalui posko-posko mahasiswa ataupun aksi penggalangan dana di masyarakat.

Politik Ala Mahasiswa

Pada setiap dinamika kebangsaan yang terjadi di tanah air mahasiswa memang hampir tidak pernah absen untuk turut berperan aktif di dalamnya. Itu semua merupakan wujud nyata darma mahasiswa terhadap bangsa dan Negara. Apalagi sebagai kaum intelektual mahasiswa juga menyandang gelar sebagai agen perubahan (agent of change). Dalam hal ini ada dua tanggungjawab besar yang harus diemban oleh seorang mahasiswa, yaitu tanggungjawab akademik dan tanggungjawab sosial. Tanggungjawab akademik terkait dengan tanggungjawab pengembangan dunia keilmuwan serta penerapannya dalam masyarakat. Tanggungjawab akademik menuntut mahasiswa untuk belajar sesuai dengan bidang keilmuwan yang diambilnya. Sedangkan tanggungjawab sosial mahasiswa tidak bisa dipisahkan dengan peran mahasiswa sebagai agent of change.

Dalam menjalankan peran sebagai agent of change idealnya tugas seorang mahasiswa tidak hanya menyerukan gerakan perubahan semata, namun juga gerakan-gerakan pembaharuan yang inovatif dalam wujud nyata. Dan untuk mencapai semua itu tidak bisa dilepaskan dari ranah politik. Kita pun masih ingat dengan jelas betapa melalui kekuatan politik para mahasiswa berhasil menumbangkan hegemoni dan rezim otoriter yang berkuasa waktu itu. Maka jika ditanya “haruskah mahasiswa berpolitik?”, menurut pandangan penulis pribadi ya mahasiswa memang perlu “berpolitik”. Politik ala mahasiswa tentu harus dibedakan dengan politik “ala” anggota dewan yang hanya berorientasi kekuasaan dan kesejahteraan kelompoknya semata. Politik ala mahasiswa idealnya berorientasi pada gerakan politik nilai dan moral.

Mahasiswa sebagai actor utama gerakan politik nilai dan moral dapat memainkan dua peran penting sekaligus, yaitu control social dan social pressure. Posisi mahasiswa sebagai kontrol sosial terkait tanggungjawab mahasiswa dalam ikut serta mengawasi dan mengawal jalannya demokrasi serta kepemimpinan politik. Dalam hal ini bukan berarti mahasiswa haus akan kekuasaan, namun lebih pada memainkan peran agar demokrasi dan politik tetap berjalan pada rel yang semestinya. Sedangkan sebagai social pressure mahasiswa memainkan peran menjadi tekanan sosial atas segala ketidakadilan serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.

Jadi menurut pandangan penulis seorang mahasiswa memang perlu belajar “berpolitik”. Di samping sebagai sebuah pembelajaran, berpolitik dalam artian gerakan nilai dan moral yang dilakukan oleh mahasiswa saat ini sangat diperlukan untuk mengawal jalannya demokrasi di tanah air. Gerakan politik nilai dan moral ini bisa diwujudkan melalui beberapa hal, misalnya; orasi budaya, demonstrasi yang beretika, kritik melalui tulisan, dll. Gerakan politik ala mahasiswa idelnya gerakan yang berbasis moral dan intelektual. Sehingga harus cerdas serta tetap mengedepankan etika.