Rabu, 20 Februari 2013

Nilai Kearifan dalam “Filosofi Jamu”

Hai sahabat YOTers sekalian, coba kalian bayangkan seandainya di hadapan kalian dihidangkan dua gelas minuman dengan isi yang berbeda. Gelas pertama berisi sirup berwarna merah segar dengan bau yang begitu harum menggoda. Gelas kedua berisi jamu tradisional yang warnanya hitam pekat dengan bau menyengat. Bila disuruh memilih kira-kira sahabat sekalian mau pilih gelas yang mana? Pilih gelas yang berisi sirup atau gelas yang berisi jamu ya? Hehehe… :)


Kalau boleh saya tebak kebanyakan diantara sahabat sekalian pasti akan lebih memilih gelas pertama yang berisi sirup dengan warna merah segar dan baunya yang harum menggoda itu. Sirup jelas rasanya manis dan disukai oleh banyak orang. Walau pada umumnya mengandung pewarna dan bahan pengawet buatan yang bisa berbahaya bagi tubuh kita. Sementara gelas kedua kemungkinan akan sedikit sekali yang memilihnya. Karena gelas kedua berisi jamu tradisional yang warnanya hitam pekat dan baunya pun menyengat. Tidak heran bila sangat jarang orang yang suka minum jamu tradisional. 



*****

Ngomong-ngomong soal jamu, saya waktu kecil punya kisah menarik yang masih terkait dengan jamu. Dulu setiap kali malas makan, oleh nenek saya selalu dipaksa minum jamu tradisional penambah nafsu makan. Awalnya saya bersikeras tidak mau meminumnya karena merasa takut dengan pahitnya rasa jamu itu. Namun tiap kali saya malas makan nenek tidak pernah hentinya memaksa saya minum jamu. Waktu itu saya pikir minum jamu adalah pengalaman paling absurd dalam hidup saya. “Kenapa saya mesti minum jamu yang jelas-jelas pahit rasanya?”, batin saya kala itu. Eh ternyata tiap kali minum jamu nafsu makan saya benar-benar meningkat dan badan saya pun terasa lebih segar. Saya pun mendapatkan hikmah pelajaran dari kisah ini. Yang nampak buruk dan menakutkan ternyata tidak selamanya berbahaya, justru boleh jadi memiliki banyak manfaat seperti halnya jamu. :)

*******

Kembali lagi pada diri kita masing-masing, semua itu tergantung perasaan dan prasangka kita terhadap sesuatu. Maka selalu berpikirlah positive dan buanglah segala prasangka negative dalam diri kita! Walau banyak orang yang membenci karena rasanya yang pahit, namun jamu justru memiliki banyak khasiat bagi tubuh kita. Jamu juga bisa diibaratkan sebagai masalah atau tantangan yang menghadang kehidupan kita. Yang namanya masalah atau tantangan pastilah tidak mengenakan, dimana kita berada di zona tidak nyaman. Namun belajar dari filosofi jamu, kita sebaiknya memandang setiap masalah atau tantangan yang menghadang sebagai jamu atau “multivitamin” bagi jiwa kita. Yang kelak akan membuat diri kita semakin baik dan matang dalam menapaki tangga kesuksesan. Nah sahabat YOTers sekalian, sekarang ayo siapa yang berani minum jamu? Hehehe… :) 

Pernah ditulis di www.youngontop.com