Jumat, 01 Februari 2013

Dimana...? Dimana...? Dimana...Kota Ramah Anak ?

Pada setiap tanggal 23 Juli selalu diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Tentu menjadi hari yang mestinya terasa istimewa bagi seluruh anak Indonesia. Namun pada kenyataannya tidak demikian. Belum semua anak Indonesia bisa merasakan kemeriahan peringatan Hari Anak Nasional tersebut. Masih banyak anak Indonesia yang dieksploitasi dan menjadi korban kekerasan. Mulai dari eksploitasi tenaga, pikiran, hingga bahkan kekerasan secara seksual. 

Sungguh ironis dan sangat disayangkan sekali. Masyarakat dewasa yang semestinya melindungi dan menyayangi anak-anak, justru seringkali melakukan tindakan kekerasan terhadap mereka. Meruntut berbagai kasus yang terjadi selama ini, kekerasan terhadap anak justru cenderung dilakukan oleh orang dekatnya. Seperti orang tua, ayah atau ibu tiri, kerabat, dan bahkan terkadang oleh gurunya di sekolah. Ini menunjukkan betapa masih rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat atas hak-hak yang dimiliki seorang anak. 

Pada umumnya masyarakat belum memahami hak-hak setiap anak yang tertuang dalam Konvensi Hak Anak. Misalnya saja hak menyampaikan aspirasi, hak mendapatkan pendidikan yang layak, dan sebagainya. Di berbagai daerah termasuk DIY menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan hak-hak anak. Ini mengindikasikan belum optimalnya implementasi Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan RI No. 02 Tahun 2009 tentang kebijakan Kota Ramah Anak. Melalui kebijakan tersebut diharapkan mampu mempercepat implementasi Konvensi Hak Anak dalam proses pembangunan di tingkat kabupaten atau kota. 

Pada kenyataannya implementasi kebijakan Kota Ramah Anak masih jauh dari yang diharapkan. Buktinya proses pembangunan di beberapa kota masih terfokus pada bidang ekonomi, politik dan infrastruktur. Dalam pengambilan keputusan belum mempertimbangkan apa yang terbaik bagi anak. Suara dan aspirasi anak sering disepelekan dan bahkan seperti “dibungkam”. Untuk itu Pemerintah melalui Undang-Undang yang ada harus mampu bersikap tegas dalam melindungi hak-hak pada setiap anak. Selain itu perlu adanya komitmen dan kesadaran seluruh komponen bangsa ini untuk terus melindungi dan menyayangi anak-anak Indonesia. Saatnya stop kekerasan dan eksploitasi terhadap anak! Mari bersama wujudkan Kota Ramah Anak!

Mana Semangat Nasionalisme-mu Guys? Ayo Kobarkan Kembali !

Diakui atau tidak saat ini semangat nasionalisme bangsa Indonesia semakin larut tergerus oleh arus globalisasi dan badai masalah yang tak kunjung usai. Semangat nasionalisme yang dulu pernah berkobar di dalam jiwa bangsa Indonesia ketika melawan penjajah, nampaknya semakin terkubur dalam bersama jasad para pahlawan dan pejuang kemerdekaan. Kini tinggal puing-puing sejarahnya saja yang tersisa. 

Nasionalisme yang ada pada bangsa Indonesia saat ini sepertinya baru sekedar teori yang diajarkan di sekolah ataupun kampus semata. Bahkan tidak jarang menjadi komoditas pencitraan partai-partai politik tertentu. Harus dengan legowo kita akui bersama bahwa rasa nasionalisme yang ada pada bangsa ini kini semakin pudar. Terkadang rasa nasionalisme itu muncul kembali tiba-tiba dengan “latah”. Namun sejatinya rasa nasionalisme itu belum benar-benar mendarah daging dan menyatu dalam setiap jiwa bangsa Indonesia. 

Perlu kita sadari bersama, semangat nasionalisme merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki bangsa ini dalam menghadapi berbagai ancaman baik dari dalam maupun luar negeri. Tanpa adanya semangat nasionalisme dalam setiap jiwa bangsa Indonesia, maka akan dengan mudah bangsa lain mengobrak-abrik bahkan menjajah kembali Indonesia. Tanpa adanya semangat nasionalisme, maka akan timbul berbagai perpecahan yang bisa memicu terjadinya disintegrasi bangsa. Tentu saja ini semua tidak kita inginkan terjadi, walaupun sebenarnya kini sudah mulai muncul tanda-tanda akan hal itu. 

Solusi bijak untuk keluar dari semua ini adalah kita bangsa Indonesia harus bangkit kembali dengan semangat nasionalisme yang lebih besar lagi, tentu semangat nasionalisme sejati. Semangat nasionalisme yang tulus ikhlas dari dalam hati. Jangan pusingkan dulu soal maraknya korupsi, masalah moral bangsa, masalah kemiskinan, masalah pengangguran, ataupun pendidikan yang tak kunjung usai. Tidak usah iri dengan negara Jepang atau Singapura yang lebih maju dari negara kita. Jangan minder dulu dengan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia yang masih ketinggalan dari negara-negara lain. 

Marilah kita buka mata hati bangsa ini, ada yang jauh lebih penting dari semua itu. Lihatlah betapa indah dan menakjubkan hamparan alam Indonesia. Lihatlah harmonisasi kehidupan dalam masyarakat kita yang multikultural. Negara lain belum tentu mempunyai apa yang bangsa Indonesia miliki selama ini, walaupun diakui mungkin jauh lebih modern dari negara kita. Perlu kita sadari bersama, Indonesia terbentang luas dari Sabang sampai Merauke dengan beragam suku, agama, ras, budaya dan segala keragamannya. Namun dengan semangat Bhineka Tunggal Ika bangsa ini tetap bisa berdiri kokoh hingga sekarang ini. Walaupun berbeda-beda kita tetaplah satu Indonesia. Kita harus bangkit buktikan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang unggul, mandiri dan berkarakter. 

Mari jadikan ini semua sebagai motivasi bangsa Indonesia untuk kembali kobarkan semangat nasionalisme dalam setiap jiwa bangsa Indonesia. Jangan fikirkan apa yang negara berikan untuk kita, namun renungkan karya atau prestasi apa yang telah kita persembahkan untuk Indonesia tercinta. Dengan semangat nasionalisme mari menyongsong kebangkitan NKRI yang berdaulat, maju, mandiri, dan berkarakter.