Sabtu, 26 Juni 2010

MEMBONGKAR MAFIA PENYESATAN “GAULISASI”

Persembahan 21 Tahun Cipta Cinta Damai – Untuk Indonesia
Pada saat ini khususnya para generasi muda dan remaja Indonesia nampaknya telah terjebak pada gelar “GAUL” yang menyesatkan. Tanpa di sadari kini kita para generasi bangsa telah dibius perlahan-lahan oleh sebuah peradaban sekuler dan kapitalis, yang menjadikan “GAUL” sebagai sebuah gelar prestice bagi kawula muda. Kawula muda sangat bangga manakala dibilang “GAUL”, dan dari trend “GAUL” tersebut-lah tanpa disadari ada sebuah nilai-nilai baru yang berhasil diselundupkan oleh peradaban sekuler dan kapitalis ke dalam fikiran generasi muda Indonesia.

Peradaban sekuler dan kapitalis melalui sistem yang mereka bangun nampaknya kini benar-benar sukses “meracuni” fikiran generasi muda Indonesia sampai-sampai tak sadarkan diri. Perlu kita sadari bersama, nampaknya ini merupakan sebuah bentuk inovasi penjajahan yang baru. Penjajahan terhadap Indonesia kini tidak lagi melalui perang senjata, namun penjajahan yang lebih canggih lagi.Yakni penjajahan berbasis sosio-kultural, penjajahan berbasis teknologi, penjajahan berbasis agama, dsb.

Konotasi “GAUL” menurut penulis kini telah menjadi penjajahan dalam bentuk baru yang “dipoles” sebegitu menarik dan mempesona, hingga mampu membius kita para generasi muda Indonesia. Bahkan penulis amati sebagian besar generasi muda kita sekarang ini semakin dimabuk-kepayang akan gelar “GAUL” yang menyesatkan itu. Dari analisa penulis penjajahan melalaui “GAULisasi” itu dikemas dalam berbagai bentuk. Misal melalui gaya hidup, kita tahu kini generasi muda Indonesia banyak yang merasa “GAUL” ketika sudah memakai pakaian “made in non-Indonesia”. Bahkan mungkin sampai-sampai daftar harganya yang menempel tidak dipotong biar semua orang tahu, hehehe. Ada pula yang merasa “GAUL” ketika sudah bergaya pank; memakai tato disekujur tubuhnya, memakai tindik, mengenakan anting bagi cowo’,dll.

Dugem di klub malam, mabuk-mabuk-an, nge-drug’s, hingga free-sex pun kini telah berhasil dikemas hingga menjadi prasyarat atau indicator seseorang untuk bisa dikatakan “GAUL”. Jika tidak berani melakukan-nya bagi kawula muda sering “dicap” cemen, cupu atau culun, nggak “gaul”, jadul, ketinggalan zaman, ndeso, dsb. Balapan liar di jalan hingga geng motor yang sering kali meresahkan masyarakat sebenarnya juga dilakukan oleh mereka yang ngakunya “GAUL”, padahal sebenarnya korban perbudakan oleh peradaban sekulerisme melalui “GAULisasi” (sungguh ironis dan kasihan sekali).

Dari pengamatan dan analisa penulis, saat ini yang masih sangat mudah serta rentan terkontaminasi dan teracuni fikiran-nya oleh peradaban sekuler adalah kaum hawa atau para cewe’. Para wanita atau cewe’ generasi muda saat ini bisa penulis katakan sebagai korban terbanyak dan paling memprihatinkan dari “GAULisasi” yang terjadi saat ini. Penulis sering mengamati masih banyak kaum muda wanita yang menjadi korban perbudakan oleh gaya hidup sekuler. Contohnya saja kini di lingkungan kampus banyak cewe’ yang berpenampilan dan bersikap “vulgar”, tentu tidak semua demikian. Ini menunjukkan bahwa kaum akademisi pun masih bisa terjebak oleh penjajahan dalam model “GAULisasi” saat ini.

Bagi generasi muda kaum cewe’ sebenarnya “GAULisasi” ini amat sangat merugikan diri mereka sebagai kaum wanita yang amat dimuliakan dalam agama. Tanpa disadari diantara mereka yang berpakaian seksi dan vulgar, sebenarnya juga memberikan peluang terjadinya pelecehan terhadap diri mereka sendiri. Gaya hidup seperti ini tentu tidak mencerminkan yang namanya “GAUL”. Dari analisa penulis melalui “trend seksi dan gaya vulgar” yang dipakai untuk menjerat fikiran generasi muda putri kita saat ini, sebenarnya (lagi-lagi) tanpa disadari para cewe’ telah dijadikan objek (maaf) pemuas nafsu dan kelainan seksualitas para kaum sekuler yang selama ini berada di balik layar.

Coba jika kita analisa dan berfikir secara lebih logis, pakaian cewe’ yang cenderung seksi dan vulgar saat ini tentu dirancang oleh sebuah sistem peradaban sekuler dan kapitalis, dimana di situ para pemainnya atau produsen didukung oleh investor yang kebanyakan menganut paham sekulerisme. Jadi kemungkinan di balik layar mereka bisa tertawa-ria menikmati keindahan tubuh wanita yang mengenakan pakaian-pakaian seksi hasil rancangan mereka. SADARLAH KAWAN…!