Disadari atau tidak terkadang kita seringkali meremehkan seseorang yang tampak apa adanya. Terkadang kita menghina para pengemis yang ada di jalanan, terkadang kita meremehkan para pemulung barang-barang bekas, terkadang kita menggunjing orang yang cacat, dan seringkali kita remehkan orang lain yang mungkin secara akademis atau ekonomi lebih rendah dari diri kita. Benarkah demikian? Jika ia, maka nampaknya kita harus belajar lagi dan renungkan sedikit tulisan berikut; SEMOGA membuka mata hati dan fikiran kita semua.
Persepsi setiap manusia dalam menilai karunia Allah memang tidak selalu sama, karena setiap manusia juga tidak ada yang sama secara emosional, naluri, iman maupun keyakinan dalam menempatkan dan menyikapi setiap karunia dalam hidupnya. Seseorang yang pandai bersyukur dengan orang yang kurang pandai bersyukur pasti punya persepsi yang berbeda manakala melihat seorang yang nampak apa adanya. Seorang ibu yang melahirkan anak punya keterbatasan tentu akan berbeda persepsinya dengan ibu yang tidak melahirkannya. Ini pula yang tercermin dari kisah ibu Thomas Alva Edison.
Tidak banyak orang yang mengenal siapa itu Nancy Mattews. Namun bila nama Edison yang disebut, semua pasti mengenalnya. Beliaulah salah seorang penemu dan ilmuwan paling berpengaruh dalam sejarah. Namun siapa yang menyangka kalau Beliau di sekolahnya di cap sebagai bocah yang tuli dan bodoh, bahkan (maaf) idiot. Beliau pun pernah diminta keluar dari sekolahnya waktu itu. Tapi kenyataanya kini kita semua mengenal dan mengakui Beliau merupakan salah satu sosok ilmuwan besar yang berpengaruh sepanjang sejarah. Dan ini semua ternyata tidak lepas dari peran Ibu Nancy Edison, ibu dari Thomas Alva Edison.
Ibu Nancy Edison tidak menyerah begitu saja dengan pendapat pihak sekolah terhadap anaknya itu. Ketika itu ibu Nancy bertekad untuk menjadi guru pribadi atas pendidikan Thomas Alva Edison di rumah. Ibu Nancy pun berhasil mengubah putranya tersebut menjadi orang yang percaya bahwa dirinya amat berarti. Nancy berhasil memulihkan kepercayaan diri Edison, dan tentu itu sangat berat baginya. Namun ibu Nancy tidak sekalipun membiarkan keterbatasan membuatnya berhenti, karena ibu Nancy memiliki persepsi berbeda terhadap diri putranya, dari guru-guru Thomas Alva Edison di sekolah.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar