Pada akhir-akhir ini jika kita amati terkesan ada hubungan yang kurang baik antara Mahasiswa dan Polisi. Ini nampak pada setiap aksi atau demo mahasiswa di beberapa daerah yang masih sering kali terjadi perang otot antara Mahasiswa dan Polisi. Dalam hal ini Polisi menjalankan tugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban,di sisi lain para Mahasiswa berdemo menuntut keadilan. Sebenarnya dalam setiap terjadi bentrokan antara Mahasiswa dan Polisi tidak ada yang bisa kita salahkan maupun benarkan. Menurut penulis ini bukan lagi saatnya mencari mana yang salah dan mana yang benar. Untuk para Mahasiswa jangan lagi mudah terprovokasi. Dan untuk Polisi harus lebih sabar dalam membina dan mengamankan setiap aksi Mahasisiwa di daerah manapun itu.
Terlepas dari semua itu, menurut penulis sebenarnya ada peluang emas yang bisa Polisi lakukan terhadap para Mahasiswa. Seperti kerjasama bantuan sosialisasi anti Narkoba, kerjasama dalam penanggulangan Miras, kerjasama dalam penciptaan ketertiban bersama, dll. Untuk itu menurut penulis perlu mulai dari sekarang dirintis dan atau dihidupkan kembali kerjasama antara Mahasiswa dan Polisi dalam aspek-aspek tertentu. Jangan ada lagi bentrok maupun perang otot oleh Mahasiswa dengan oknum Polisi.
Penulis melihat di daerah kawasan kampus khususnya Yogyakarta saat ini masih seringkali terjadi aksi kriminalitas. Mulai dari penjambretan, perampokan, perkosaan, dan aksi premanisme lainnya. Aksi-aksi kriminalitas dan premanisme di kawasan kampus tentu akan sangat mengganggu kenyamanan dan ketenangan para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu. Ini tentu perlu menjadi perhatian serius oleh kita bersama, khususnya para anggota Polisi sebagai institusi penegak hukum di negara ini.
Penulis sering kali mendengar maraknya pencurian barang di daerah kampus. Mulai dari HP, Laptop, Uang, bahkan motor. Bahkan belum lama ini penulis menyaksikan langsung adanya pencurian helm di sebuah masjid di kawasan kampus kota Yogyakarta. Ini sangat memprihatinkan sekali, dan harus segera diambil langkah lebih lanjut dari lembaga Kepolisian di seluruh Indonesia. Penulis juga masih menjumpai di beberapa kawasan kos-kos-an di kota Yogyakarta yang marak dipakai untuk hal-hal yang menyimpang, seperti kumpul kebo, mabuk-mabukan, judi, dll. Dari pengamatan penulis selama ini memang masih banyak kos-kos-an di Yogyakarta khususnya yang tidak ditunggui oleh sang Empunya. Tentu ini menjadi peluang emas bagi para mahasiswa dan oknum yang tidak bermoral.
Para pemilik kos ada yang berdalih bahwa para mahasiswa sudah dewasa dan dapat dipercaya. Namun kenyataan yang terjadi sangat berbeda. Terbukti banyak kos-kos-an yang tidak ditunggui oleh pemiliknya, justru digunakan untuk hal-hal yang menyimpang seperti yang telah penulis sebutkan di atas. Tentu kita tidak bisa langsung memvonis para oknum mahasiswa yang melakukan penyimpangan tersebut. Kita kembali lagi pada kata-kata yang sering diucapkan oleh Bang Napi "Kejahatan terjadi tidak hanya karena ada niat dari pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan. WASPADALAH!WASPADALAH!
Apa yang sering dikatakan oleh Bang Napi tersebut memang benar. Dalam hal ini maka pelaku kriminalitas di kawasan kampus terjadi tidak hanya karena ada niat dari pelakunya, tapi juga ada kesempatan. Untuk itu yang perlu kita lakukan saat ini adalah menutup dan memblokir segala hal yang memberikan kesempatan terjadinya tindak kriminalitas itu. Khususnya di kawasan kampus, menurut penulis perlu adanya kerjasama dan sinergi antara pihak kampus, mahasiswa, dan Kepolisian dalam penciptaan kondisi kawasan kampus yang aman, tenang dan damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar