Rabu, 07 Juli 2010

IDEALISME ALA MAHASISWA TERKINI

Aksi atau gerakan mahasiswa selama ini tidak bisa dipungkiri memang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi tegaknya demokrasi di bumi pertiwi Indonesia. Ini terbukti dari catatan sejarah yang mengabadikan betapa dahsyatnya kekuatan mahasiswa kala itu hingga berhasil menumbangkan rezim otoriter masa pemerintahan Suharto. Peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari) juga menjadi saksi sejarah perjuangan mahasiswa dalam melawan dominasi Jepang atas pasar dalam negeri pada tahun 1974. Dan hati kita pun akan menangis manakala diingatkan akan peristiwa berdarah di kampus Trisakti. Mahasiswa kala itu selalu menjadi garda terdepan sebagai simbol perlawanan hati nurani rakyat terhadap kesewenang-wenangan penguasa masa itu. Lalu bagaimana dengan sekarang?

Sangat disayangkan nampaknya kini citra mahasiswa sebagai simbol perlawanan rakyat itu mulai memudar seiring berjalannya waktu. Pesona mahasiswa tidak lagi seterang dan sekuat dulu. Kharisma dan wibawa yang dimiliki mahasiswa saat ini semakin merosot di mata masyarakat. Bahkan sering kali mahasiswa yang berniat membela rakyat justru berbalik arah menjadi musuh dari rakyat itu sendiri. Kepercayaan rakyat terhadap mahasiswa pun semakin menghilang. Yang menjadi pertanyaan sekarang mengapa pesona atau citra mahasiswa di mata masyarakat semakin memudar?

Sepertinya saat ini masyarakat sudah mulai muak dan bosan mendengar teriakan-teriakan idealis mahasiswa di jalanan. Pudarnya citra mahasiswa di mata masyarakat juga sebagai dampak dari aksi gerakan mahasiswa itu sendiri. Akhr-akhir ini mahasiswa justru sering kali mempertontonkan aksi anarkisme di mata masyarakat. Bahkan sering kali terjadi aksi tawuran antar mahasiswa yang notabene masih satu almamater. Mahasiswa yang menyandang gelar sebagai “agent of change” akhir-akhir ini juga memperlihatkan aksi-aksi yang cenderung vandalisme ketika melakukan perusakan fasilitas umum maupun fasilitas negara yang dibiayai dari uang rakyat. 

Terjebak Idealisme

Mahasiswa sebagai insan akademik yang selalu berpegang teguh pada idealisme nampaknya kini justru terjebak pada keidealisanya itu sendiri. Tidak jarang kita dengar mahasiswa meneriakan Nasionalisme, walaupun fakta di lapangan menujukkan betapa banyak mahasiswa yang lupa akan budaya bangsanya sendiri. Mahasiswa sering meneriakan berantas kebodohan, namun kenyataanya sekedar membaca materi kuliah saja terkadang masih banyak mahasiswa yang malas dengan berbagai alasan kesibukan sebagai seorang aktivis. Mahasiswa sering meneriakan berantas para koruptor, padahal disadari atau tidak mahasiswa sendiri suka mengkorupsi jam kuliah. Mahasiswa sering berteriak bebaskan rakyat dari kemiskinan, juga akan terasa lucu ketika keluar dari mulut mahasiswa yang pemalas dan masih menggantungkan financial kepada orang lain.

Kini aksi gerakan mahasiswa pun seolah telah kehilangan arah dan tujuan. Pasca reformasi 1998 gerakan mahasiswa tampak mengalami disorientasi. Aksi gerakan mahasiswa jarang sekali mampu mengangkat isu-isu yang bersifat kerakyatan. Mahasiswa justru banyak yang terjebak dalam euphoria politik praktis hingga sering melupakan perannya sebagai gerakan moral untuk membangun bangsa. Aksi gerakan mahasiswa yang belakangan seringkali diwarnai anarkisme dan berujung bentrok, jika dibiarkan akan menjadi boomerang bagi para mahasiswa itu sendiri. Ini tentu perlu menjadi perhatian dan renungan para mahasiswa sekalian.

Semakin pudarnya citra mahasiswa di mata masyarakat juga tidak lepas dari munculya pertanyakan-perrtanyaan yang kian menyudutkan mahasiswa. Kedewasaan dan kelogisan berfikir para mahasiswa pun kembali dipertanyakan. “Gerakan Mahasiswa, sebenarnya Mau Kemana?”. Dalam artian, apa sebenarnya yang diinginkan para mahasiswa saat ini? Kenapa kini gerakan mahasiswa justru sering bentrok dan berbalik menjadi lawan masyarakat? Sungguh ironis, namun perlu digarisbawahi bahwa tidak semua mahasiswa memperlihatkan sisi yang negative. Di sisi lain tentu masih banyak mahasiswa-mahasiswa yang memperlihatkan kegemilangan prestasinya, bahkan hingga mampu mengharumkan nama bangsa. Mengapa bisa demikian?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar