Rabu, 07 Juli 2010

MAHASISWA INDONESIA JANGAN LATAH

Nampaknya kini tanpa disadari aksi gerakan mahasiswa sering kali terkesan latah. Latah disini dapat diartikan bahwa mahasiswa melakukan aksi gerakan turun ke jalan manakala hal itu sedang nge-tren atau booming di masyarakat. Contohnya saja ketika sedang nge-tren kasus Bank Century mahasiswa serta merta beramai-ramai turun ke jalan mengecam kebijakan tersebut. Ketika sedang nge-tren kasus penyerangan Israel terhadap para relawan kemanusiaan di kapal Mavi Marmara, para mahasiswa pun kembali turun ke jalan mengecam kebiadaban zionis Israel itu. Sejatinya aksi mahasiswa itu memang mulia dan pantas kita berikan acungan jempol, namun jangan sampai setiap aksi gerakan tersebut sebagai wujud “kelatahan” mahasiswa seiring degradasi moral yang terjadi pada diri mereka. 

Sungguh memprihatinkan, manakala aksi gerakan mahasiswa yang mengatasnamakan rakyat Indonesia justru terkadang terjebak pada aksi-aksi atau gerakan yang hanya sekedar mengukuhkan “eksistensi” diri ataupun kelompok mahasiswa semata. Narsisme tampaknya masih sering kali merasuk dalam jiwa mahasiswa. Narsisme itulah yang turut menyulut “kelatahan” pada mahasiswa saat ini. Dilihat secara psikologis “latah” yang terjadi pada diri mahasiswa didorong oleh keinginan jiwa untuk tetap eksis dan diakui keberadaannya oleh orang lain. Ini tentu justru bisa membiaskan idealisme yang sering diteriakan para mahasiswa itu sendiri. Apa solusinya?

Kembalikan Citra Mahasiswa

Yang telah lalu biarlah berlalu menjadi kenangan manis bersama. Kini para mahasiswa harus berhenti menikmati romantisme sejarah kejayaan masa itu. Zaman telah berubah dan bukan waktunya lagi tampil bak pahlawan yang kesiangan. Mahasiswa harus terus bergerak untuk perubahan yang lebih baik. Mahasiswa harus membuktikan bahwa mereka memang pantas menyandang gelar “agent of change”. Karena itu citra positif mahasiswa di mata masyarakat harus dipulihkan kembali. Jika memang mahasiswa tetap konsisten dengan semangat membela kepentingan rakyat, maka merebut kembali hati dan kepercayaan rakyat adalah syarat wajib.

Setiap aksi gerakan mahasiswa yang akhir-akhir ini sering keluar jalur koridor, perlu dikembalikan lagi pada rel idealisme dan demokrasi. Mahasiswa harus lebih memiliki “sense of crisis”, sehingga tidak lagi “latah” dalam setiap aksi atau gerakan. Mahasiswa pun perlu belajar lebih banyak mengenai etika berdemokrasi. Karena itu dalam setiap aksi gerakan mahasiswa, etika menjadi nilai yang wajib dikedepankan. Dengan begitu akan terpancar kembali pesona dan kharisma para mahasiswa Indonesia sejati. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar